Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Investasi Kesehatan Mental Begitu Penting

Negara kaya dan miskin sama-sama harus memberikan investasi lebih pada perawatan kesehatan mental khususnya selama krisis ekonomi ketika tingkat depresi dan bunuh diri cenderung meningkat.

Bisnis.com, BANDUNG--Negara kaya dan miskin sama-sama harus memberikan investasi lebih pada perawatan kesehatan mental khususnya selama krisis ekonomi ketika tingkat depresi dan bunuh diri cenderung meningkat.

World Health Organization (WHO) pada Selasa (14/7/2015) mengungkapkan satu dari sepuluh orang di dunia memiliki gangguan kesehatan mental tapi hanya 1% tenaga kerja kesehatan di dunia yang mengobati penyakit tersebut, yang berarti masih banyak stigma, kata badan PBB tersebut.

“Sumber daya yang ditujukan untuk kesehatan mental keuangan sekaligus sumber daya manusia, masih sangat kecil di seluruh dunia,” ucap Dr. Shekhar Saxena, Direktur Departemen Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Zat WHO.

Di negara yang terjebak dalam perang atau bencana alam, permintaan akan pelayanan kesehatan mental semakin meningkat, tetapi anggaran semakin menyusut, katanya.

“Umumnya, negara yang menghadapi tantangan sosio-ekonomi yang serius memiliki risiko masalah kesehatan mental yang lebih tinggi dalam komunitasnya,” ucap Saxena.

“Tingkat depresi dan bunuh diri sebenarnya meningkat secara signifikan bagi negara yang mengalami kemerosotan perekonomian. Hal ini akan menghilangkan nyawa yang seharusnya dilindungi negara dengan menjaga perawatan kesehatan mental orang-orang tersebut selama masa stress.”

Adapun kesenjangan besar dalam perawatan kesehatan mental.

Hampir setengah populasi di dunia hidup di negara di mana hanya terdapat satu psikiater per 100.000 orang, sementara di negara-negara yang memiliki pendapatan tinggi, tingkatannya adalah satu per 2.000, sesuai dengan 2014 Mental Health Atlas WHO pada Selasa.

“Banyak negara kaya yang mengerahkan sumber daya yang cukup tapi pemanfaatan sumber daya tersebut belum maksimal. Terlalu banyak upaya yang dilakukan untuk orang yang merupakan pasien di rumah sakit jiwa, sebaliknya sumber daya yang melakukan perawatan di komunitas masih terlalu sedikit,” ucap Saxena.

Untuk beberapa gangguan parah seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, tingkat penyebarannya sama di seluruh dunia, ucapnya.

“Prevalensi depresi, rasa cemas, gangguan stres pasca-trauma dan penyalahgunaan narkoba secara signifikan lebih bervariasi diantara masyarakat yang berbeda dan adanya beberapa faktor budaya,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper