Bisnis.com, BANDUNG— Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia menilai pemerintah harus mengubah pola pikir tentang industri tekstil di Indonesia yang sebelumnya diyakini menjadi produk ekspor unggulan menjadi sebaliknya atau produk domestic unggulan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia Redma Gita Wirawasata mengatakan secara nyata pasar domestic tekstil dan produk tekstil khususnya garmen lebih besar apabila dibandingkan dengan pasar ekspor.
“Domestik market produk garmen atau industri TPT ini sangat besar. Hal itu bisa dilihat dari upah buruh yang naik dan membuktikan tingginya daya beli masyarakat, juga pertumbuhan ekonomi kita. Sementara pasar tekstil dunia itu sebenarnya masih tidak gerak,” katanya, Minggu (1/3/2015).
Redma mengungkapkan hal tersebut dapat dilihat dari jumlah eksport garmen yang naik tipis dimana pada tahun 2008 mencapai 530 ribu ton, menjadi 570 ribu ton atau naik 40 ribu ton pada tahun 2014. Menurutnya, pangsa pasar dunia industri garmen Indonesia juga tidak pernah naik, yaitu masih dibawah 2%.
Sementara itu, total produksi garmen dari Indonesia pada tahun 2014 kemarin mencapai 2,3 juta-2,4 juta ton yang mana artinya, sebagian besar produk garmen diambil oleh konsumen domestic atau dalam negeri.
“Konsumsi domestic produk garmen pada tahun 2014 saja naik 50% dari tahun 2008, yang mana sebelumnya 1,2 juta ton menjadi 1,8 juta ton. Perbandingannya jauh dengan konsumsi luar yang mana ekspornya hanya naik sekitar 7,5%.”