Bisnis.com, MADIUN – Sepotong bambu kecil itu milik warga Dusun Ngepoh, RT 027/ RW 007 Desa Metesih, Kecamatan Jiwan, Madiun.
Bambu itu hanya sepanjang 20-an centimeter dan berdiameter sekitar 3 centimeter. Umumnya bambu tua, bambu kecil ini juga berwarna cokelat kekuning-kuningan.
Namun, jika diamati ada yang terasa ganjil dari bambu ini. Ujung-ujung cabang bambu ini ternyata saling berhadapan.
Padahal, cabang bambu biasanya selalu mengarah ke atas semua. Karena itulah, orang-orang menyebut bambu ini dengan sebutan “pring petuk” atau bambu yang bertemu.
“Ini peninggalan Suwargi Bapak dan saya diminta merawatnya. Banyak orang yang mau membeli dengan harga ratusan juta bahkan ada yang sampai Rp1 miliar, tapi tak saya berikan,” ujar pemilik bambu unik itu, Eyang Samudra, Senin (2/2/2015).
Samudra menceritakan, seorang berkebangsaan Malaysia bernama Sarbani suatu hari mendatanginya di Madiun hanya untuk membeli bambu itu.
Warga Malaysia itu bahkan sampai menawar bambu itu dengan harga yang susah dinalar, yakni Rp1 miliar.
Lelaki berusia 56 tahun ini sampai geleng-geleng kepala karena tak percaya. Meski demikian, Samudra tetap pada pendirianya untuk merawat bambu seperti amanat almarhum ayahnya, Parto Setu.
“Kalau ini milik saya dan saya dapatkan sendiri, mungkin sudah saya serahkan kepada pembeli dari Malayasia itu. Tapi, karena ini warisan ayah, saya tak mau menjualnya,” ujarnya.
Sarbani, warga kebangsaan Malaysia itu hanyalah satu di antara sekian banyak orang yang tertarik dan ingin membeli sepotong bambu unik milik Samudra itu.
Ada yang menawarinya dengan sawah ladang, mobil baru, ada juga yang rumah. Namun, pria empat anak ini memilih tak menjualnya meski hidupnya sendiri dalam keadaaan pas-pasan.
“Pernah suatu hari calon pembeli datang ke rumah dan melihat kondisi hidup saya. Lalu, ia menawari saya rumah dan mobil untuk ditukar dengan bambu ini. Namun langsung saya tolak. Saya katakan, taruhan saya adalah nyawa untuk menjaga bambu ini,” ungkapnya.
Samudra bersedia menunjukkan benda yang membuat sebagian orang tergila-gila itu.
Benda itu ia bungkus kain kantong warna putih. Harum minyak ja’faron semerbak ketika bambu itu dikeluarkan dari kantongnya.