JAKARTA--Sosok mantan Calon Presiden Prabowo Subianto ternyata sudah peduli dengan pembangunan desa sejak usia 17 tahun dengan membuat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pembangunan.
Hal itu terungkap saat menghadiri Deklarasi Kebangkitan Desa Nusantara yang digagas Persatuan Perangkat Desa Indonesia di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa.
"Saya sudah berurusan dengan desa sejak usia 17 tahun, bersama beberapa mahasiswa dan pemuda membentuk LSM pembangunan," kata pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951.
Mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad dengan pangkat terakhir letnan jenderal itu, mengatakan dirinya bersama "Korps Pioneer" juga ikut dalam pembangunan desa.
"Saat masuk tentara, saya mewajibkan setiap tentara harus membuka lahan pertanian," katanya.
Selama ini, sepak terjang putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo, dalam kegiatan LSM yang disebut-sebut merupakan LSM pertama kalinya di tanah air itu, sama sekali tidak terungkap.
Surat kabar Sinar Harapan pada 30 Juli 2013 dalam tulisan "Prabowo Subianto dan Catatan Soe Hok Gie", menyebutkan cerita soal Prabowo remaja juga sekilas ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran yang merupakan kumpulan tulisan aktivis mahasiswa Soe Hok Gie.
Dalam catatan Soe Hok Gie, nama Prabowo muncul pada 1969. Soe menyebut nama panggilannya "Bowo".
Soe Hok Gie dan Prabowo tampak cukup dekat. Mereka beberapa kali kerap keluyuran bareng. "Dari pagi keluyuran dengan Prabowo ke rumah Atika, ngobrol dengan Rachma, dan membuat persiapan-persiapan untuk pendakian Gunung Ciremai," tulis Gie pada Kamis 29 Mei 1969.
Mereka juga mengurus organisasi yang bernama Pioneer Korps. Soe sering menyebutnya sebagai pionir korpsnya Prabowo. Hal ini seperti mengindikasikan bahwa organisasi itu diprakarsai oleh Prabowo. Soe juga tampak cukup akrab dengan ayahnya Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo.
Dalam tulisannya, Soe Hok Gie menggambarkan Prabowo masih kanak-kanak cerdas dan cepat tanggap, namun juga masih naif. "Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas . Kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah." (catatan Soe Hoek Gie 25 Mei 1969).(Antara/Riza Fahriza)