Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pastur Pembakar Al Qur'an Ditolak Kanada

[caption id=attachment_251956 align=alignleft width=300 caption=web][/caption]
web
web

[caption id="attachment_251956" align="alignleft" width="300" caption="web"][/caption] TORONTO-Pastur Amerika Serikat (AS) yang terkenal karena membakar Kitab Suci Al Qur'an dan menghasut kerusuhan di Timur Tengah pada Kamis (11/10) dilarang memasuki Kanada, tempat dia dijadwalkan menghadiri debat penting dengan seorang imam. Pastur Terry Jones ditahan di perbatasan AS-Kanada di Windsor, Ontario, akibat pelanggaran hukum sebelumnya di AS dan karena pemerintah Jerman telah mengeluarkan keluhan terhadap dia, kata Canadian Broadcasting Corp (CBC). Jones memberitahu CBC bahwa ia akan mencari saran hukum mengenai apakah ia akan mengajukan banding terhadap apa yang ia sebut sebagai "tindakan menyedihkan" terhadap "kebebasan berbicara." "Kami akan kembali ke Florida sekarang dan kami akan memeriksa apakah kami akan mengajukan banding untuk itu," kata Jones seperti dikutip Reuters. Pemerintah Kanada menyatakan tidak akan mengomentari kasus perorangan dan para pejabat perbatasan memutuskan izin masuk bagi setiap orang dengan dasar kasus per kasus. "Setiap orang yang berusaha memasuki Kanada harus menunjukkan mereka memenuhi persyaratan untuk memasuki negeri ini," kata Julie Carmichael, Juru Bicara Kantor Keselamatan Masyarakat Vic Toews. Jones mulanya dijadwalkan menghadiri debat dengan seorang imam di Toronto, pemimpin Sikh dan penulis Muslim pada Kamis malam waktu setempat di kompleks Dewan Legislatif Provinsi Ontario di Toronto, kata penyelenggara setempat. Pastur yang sebelumnya tidak dikenal itu memicu kerusuhan di Afghanistan dua tahun lalu, saat ia membakar mushaf Al Qur`an untuk memperingati serangan 11 September 2001 di World Trade Center di New York. Dia juga mempromosikan film "Innocence of Muslims" tahun ini, yang bagi umat Muslim menghujat Nabi Muhammad SAW. Film tersebut mengundang protes di seluruh Timur Tengah dan wilayah lain. Duta besar AS untuk Libya serta tiga stafnya tewas pada September, ketika beberapa pria bersenjata, yang menyalahkan pemerintah AS atas pembuatan dan penyiaran film itu, menyerbu Konsulat AS di Benghazi.(Antara/fsi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper