Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hampir 5.000 Hektare Lahan Padi Puso di Jateng

SEMARANG -- Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah mencatat sawah yang mengalami puso (gagal panen) dari 24 kabupaten sentra padi hingga Agustus 2012 mencapai 4.910 hektare.

SEMARANG -- Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah mencatat sawah yang mengalami puso (gagal panen) dari 24 kabupaten sentra padi hingga Agustus 2012 mencapai 4.910 hektare. "Dari 4.910 ha sawah yang puso itu, 2.984 ha di antaranya daerah sistem irigasi teknis dan setengah teknis," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultutra Jateng Aris Budiono di Semarang, Kamis. Hal tersebut diungkapkannya usai rapat koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng berkaitan dengan pengaruh iklim terhadap produktivitas pertanian di wilayah tersebut. Menurut dia, daerah yang sawahnya mengalami puso relatif besar, antara lain di Cilacap dengan luasan 1.645 ha, kemudian Pemalang seluas 1.509 ha, sementara daerah lainnya cenderung bervariasi belasan hingga ratusan hektare. "Brebes misalnya, sawah yang puso seluas 211 ha, Kabupaten Tegal 315 ha, Jepara 138 ha, Banyumas 335 ha, Grobogan seluas 531 ha, sementara Banjarnegara seluas 14 ha dan Kota Tegal hanya seluas dua ha," katanya. Sebagian besar sawah puso memang menggunakan sistem irigasi, kata dia, sebab sawah yang tidak menggunakan irigasi, seperti tadah hujan kebanyakan tidak ada penanaman atau "istirahat" karena airnya tidak cukup. Meski demikian, ia mengatakan luasan sawah puso itu dibandingkan luasan sawah panen relatif kecil, hanya sebesar 0,28%, sebab angka ramalan sawah panen di Jateng mencapai 1,73 juta ha pada tahun ini. "Produktivitas padi tahun ini mencapai 57 kuintal gabah kering giling (GKG)/ha, naik 4,64% dibandingkan 2011 lalu. Apalagi, selama lima tahun terakhir sawah panen rata-rata seluas 1,33 juta ha," katanya. Karena itu, ia menegaskan bahwa ribuan hektare sawah yang mengalami puso itu tidak memengaruhi ketersediaan pangan di Jateng, terutama beras karena luasan sawah puso relatif kecil dan produktivitas padi juga naik. "Informasi hasil pertemuan dengan pihak BMKG Jateng ini nantinya akan menjadi bahan rekomendasi kami kepada Dinas Pertanian kabupaten/kota dan pihak terkait dalam menyikapi musim kemarau," kata Aris. Sementara itu, Kepala BMKG Jateng Bambang Nova Setyanto mengakui bahwa kondisi cuaca akhir-akhir ini memang panas dengan suhu udara maksimal yang pernah dicatat mencapai 35 derajat Celcius di Kota Semarang. "Kalau pada musim kemarau, suhu udara normalnya berada di kisaran 32-33 derajat Celcius. Kondisi udara juga cenderung kering karena 90% daerah di Jateng memiliki curah hujan nol milimeter," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper