Bisnis.com, CIREBON-Peristiwa longsor di kawasan tambang rakyat Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat menyisakan duka. Ada sejumlah korban tewas, luka dan sebagian lagi belum berhasil ditemukan alias hilang.
Salah satu korban yang berhasil selamat adalah Sukardi (52). Dia masih terguncang saat menceritakan detik-detik kejadian yang hampir merenggut nyawanya.
Sukardi, seorang pekerja tambang tradisional yang telah mengais rezeki dari perut bumi Gunung Kuda selama lebih dari sepuluh tahun. Kini harus menghadapi kondisi kaki kiri yang mengalami patah tulang akibat tertimpa material longsoran.
“Saya langsung lari, Mas. Tapi enggak sempat jauh, tiba-tiba batu gede jatuh nimpuk kaki saya. Sakitnya luar biasa,” ucap Sukardi, di Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Senin (2/6/2025).
Kejadian longsor tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda atau firasat sebelumnya.
Menurut kesaksian Sukardi, cuaca pada Jumat pagi itu tidak menunjukkan adanya potensi bahaya. Ia bersama sejumlah rekannya sedang melakukan aktivitas seperti biasa, menggali batu dan pasir di area tambang terbuka.
Baca Juga
“Enggak ada angin, enggak ada hujan. Tiba-tiba saja tebing batu itu ambrol. Kayak tsunami datangnya,” kata Sukardi dengan tatapan kosong, masih tak percaya akan musibah yang dialaminya.
Gunung Kuda memang dikenal sebagai salah satu lokasi tambang rakyat di Cirebon yang padat aktivitas. Para pekerja, kebanyakan berasal dari desa sekitar, menggantungkan hidup dari hasil tambang batuan dan pasir yang ditambang secara manual tanpa peralatan canggih.
Namun, aktivitas penambangan yang dilakukan secara tradisional dan minim pengawasan teknis membuat kawasan tersebut rentan terhadap bencana geologis seperti longsor. Ditambah dengan kondisi lereng yang labil akibat musim hujan yang melanda wilayah itu selama sepekan terakhir, potensi bencana menjadi tak terhindarkan.
"Saya enggak tahu kenapa bisa ambrol. Enggak ada getaran atau suara-suara aneh sebelumnya. Semua biasa aja,” jelas Sukardi.
Sukardi bercerita, ia sempat berusaha menyelamatkan diri begitu mendengar teriakan pekerja lain. Namun langkahnya terhenti ketika bongkahan batu besar menghantam kaki kirinya.
Meski bersyukur masih diberi kesempatan hidup, Sukardi mengaku trauma. Ia berharap ada perhatian lebih dari pihak pengelola atau pemerintah daerah terhadap keselamatan para pekerja tambang tradisional di Gunung Kuda.
“Saya cuma minta satu, tolong kami dipindahkan kerja ke tempat yang lebih aman. Jangan sampai kejadian ini terulang dan makan korban lagi,” pinta Sukardi.
Operasi Pencarian Masih Berlangsung
Operasi pencarian korban longsor di kawasan tambang batu Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, masih terus berlangsung hingga hari keempat.
Enam penambang belum ditemukan sejak insiden memilukan yang terjadi pada Jumat siang (30/5/2025) atau beberapa hari setelah hujan deras terus mengguyur wilayah tersebut dan menyebabkan tebing batu runtuh.
Senin (2/6/2025) pagi, tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, relawan, dan para pekerja tambang kembali berjibaku dengan medan berat.
Sebanyak 19 korban yang telah ditemukan dipastikan meninggal dunia. Tim medis dan forensik telah mengidentifikasi mereka, dan sebagian besar jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
Di antara korban yang berhasil dievakuasi terdapat nama-nama seperti Sukandra bin Hadi, Andri bin Surasa, Sukadi bin Sana, Sanuri bin Basar, serta Dendi Irawan. Selain itu, korban lainnya adalah Sarwa bin Sukira, Rusjaya bin Rusdi, Suparta bin Supa, Rio Ahmadi bin Wahyudin, dan Ikad Budiargo bin Arsia.
Sementara itu, sejumlah nama lain yang turut menjadi korban termasuk Jamaludin, Wastoni, Toni, Rion Firmansyah, Sanadi, Sunadi, Sakira, Nalo Sanjaya, dan Wahyu Galih.