Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah Kabupaten Sumedang akan berfokus pada pemberdayaan buruh tani miskin melalui penyediaan lahan dan fasilitasi sarana produksi pertanian.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para petani yang menjadi profesi dominan di daerahnya.
Program tersebut menjadi langkah nyata implementasi “Starbak” (Satu Hektare untuk Bertani Bangkit) yang menjadi unggulan dalam 100 hari pertama kerja Bupati dan Wakil Bupati. Di lokasi tersebut sebanyak 20 buruh tani diberikan hak kelola atas 2 hektare tanah milik Pemerintah Kabupaten Sumedang.
“Selama ini bantuan pemerintah hanya menyasar petani pemilik lahan. Padahal buruh tani juga punya keterampilan dan pengalaman. Starbak hadir sebagai jawaban. Pemerintah memfasilitasi lahannya, bantu benih, pupuk, Alsintan, hingga peternakan. Ini wujud keadilan sosial di sektor pertanian,” kata Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir.
Dony juga mengatakan, jika program itu berhasil, setiap buruh tani berpotensi memperoleh pendapatan hingga Rp3,8 juta per bulan.
“Inilah gerakan nyata untuk mensejahterakan buruh tani yang selama ini terpinggirkan,” tambahnya.
Baca Juga
Nantinya hasil pertanian dari demplot tersebut akan dikoneksikan dengan Koperasi Merah Putih yang memiliki fasilitas cold storage, gudang, dan armada pengangkut untuk mempermudah distribusi dan pemasaran.
Dony juga membuka peluang kolaborasi dengan Koperasi Milenial Makmur Juara dari Sindulang Kecamatan Cimanggung yang berpengalaman mendampingi petani muda.
“Selama ini persoalan petani bukan hanya produksi, tapi pemasaran. Kita uji coba koperasi sebagai offtaker Starbak agar hasil panen petani terserap maksimal,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang Sajidin menjelaskan meski belum tercantum secara eksplisit dalam regulasi seperti Inmendagri No. 2 Tahun 2025 maupun Permendagri No. 86 Tahun 2017 program tersebut lahir dari aspirasi dan kebutuhan nyata masyarakat.
“Dulu mereka hanya buruh tani, kini diberi hak kelola dan dibina langsung. Ini bukan sekadar bantuan, tapi transformasi sosial berbasis desa,” ujarnya.
Demplot Petapa Raha mengusung konsep pertanian terpadu, menggabungkan budi daya tanaman hortikultura dengan peternakan.
"Lahan ditanami aneka sayuran seperti cabai, tomat, sosin, pakcoy dan buncis, serta ditunjang 26 ekor domba yang kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk organik," tuturnya.
Untuk mendukung produktivitas, para buruh tani juga menerima bantuan dua unit cultivator, mesin pengolahan jagung, pipanisasi sepanjang 3 kilometer, dan penampungan air berkapasitas 5.000 liter.
Sajidin menambahkan, program tersebut bersifat bergulir, "Artinya, bantuan hanya diberikan satu kali, dan keberlanjutannya tergantung pada manajemen keuangan serta pola tanam yang disiplin dari kelompok tani," tuturnya.
Pemkab Sumedang juga kata dia menggandeng BRIN Pusat Riset Hortikultura untuk uji tanah dan pengembangan varietas unggul.