Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan properti di Jawa Barat tak dipungkiri tengah lesu.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia (DPD REI) Jawa Barat Norman Nurdjaman mengatakan Bekasi adalah backbone penjualan REI di seluruh Jawa Barat. Menurutnya, meskipun kondisi pasar sedang berat, kontribusi Bekasi tetap signifikan dalam menjaga stabilitas sektor properti di wilayah Jabar.
“Komisariat Bekasi ini jadi barometer REI Jabar. Penjualannya terbesar. Bahkan potensi pertumbuhannya juga terus meningkat, bahkan mencapai 12%,” ujarnya dalam keterangan, Senin (28/4/2025).
Dia menilai saat ini terdapat sejumlah tantangan yang menghambat pergerakan pengembang. Salah satunya yakni perizinan, yang dalam banyak kasus bisa memakan waktu hingga 11 bulan.
“Kalau developer sebagian besar didanai bank, maka selama 11 bulan itu mereka hanya bayar bunga tanpa bisa menjual. Sementara harga material terus naik. Ini jadi tekanan luar biasa,” katanya.
Dia mengusulkan agar pemerintah daerah dapat mengambil peran dalam pengurusan dokumen lingkungan seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), secara kolektif agar waktu dan biaya bisa dipangkas. Idealnya, proses perizinan tidak lebih dari 3 bulan
Baca Juga
Ketua REI Komisariat Bekasi H. Curahman menuturkan kondisi pasar yang tidak mudah dalam beberapa tahun terakhir. Dia tak menampik daya beli masyarakat di sektor properti mengalami penurunan signifikan, namun tetap melihat potensi besar di wilayah Bekasi yang dikenal sebagai salah satu sentra industri utama di Indonesia.
“Seturun-turunnya daya beli, Bekasi masih menjanjikan, terutama untuk segmen rumah subsidi FLPP. Selama lokasi dan kualitas proyek dikelola dengan baik, pasar tetap menyerap,” ucapnya.
Dia menuturkan hunian komersil dengan harga di atas Rp500 juta memang sedang berat, namun rumah dengan harga kisaran Rp200–300 juta masih aktif dan layak digarap. Adapun untuk menarik minat pembelian, pihaknya memiliki strategi dengan memperkecil luasan bangunan tanpa mengorbankan kualitas dan melakukan pendekatan pemasaran yang lebih agresif sehingga diyakini dapat mendorong daya serap pasar.
Menurutnya, penting dilakukan kreativitas para pengembang tidak hanya dalam desain produk tetapi juga dalam proses promosi.
“Marketing harus ditingkatkan. Jangan konvensional. Digital marketing dan promo-promo kreatif bisa jadi senjata utama saat ini,” ucapnya.
Adapun saat ini anggota REI Bekasi yang aktif saat ini berjumlah 78 perusahaan, namun bisa dibilang jumlah proyeknya lebih banyak karena satu keanggotaan seringkali memiliki lebih dari satu proyek dan perusahaan.
Kepala Kanwil I Bank BTN Benjamin Sihombing menuturkan BTN terus mendorong pembiayaan sektor properti di wilayah Jawa Barat terutama Bekasi yang disebutnya menyumbang hampir 50% dari target nasional BTN untuk wilayah ini.
“Tahun ini kami targetkan 60 ribu hingga 70 ribu unit atau naik 20% dari tahun lalu. Bekasi Raya yang mencakup Bekasi, Kabupaten Bekasi, hingga Karawang bisa menopang setengahnya,” tuturnya.
Dia menilai kombinasi antara kawasan industri yang luas dan jumlah tenaga kerja yang tinggi menjadikan Bekasi sebagai kawasan dengan potensi properti yang sangat menjanjikan.
BTN siap mendukung para pengembang melalui berbagai skema kemitraan, mulai dari penyediaan modal kerja, payroll untuk karyawan pengembang, hingga program pendampingan dan sosialisasi. Dia mengajak REI untuk terus bergerak aktif agar tidak ada kesenjangan pertumbuhan antara satu pengembang dengan lainnya.
“Semua harus tumbuh bersama. Kebersamaan ini penting karena di situlah kekuatan kolektif kita muncul,” ujarnya.
Anggota REI Komisatriat Bekasi Agus Triyono menuturkan pengembang harus terus cari cara baru baik dari sisi desain, pemasaran, hingga pendekatan ke pasar yang kini juga semakin variatif termasuk kalangan investor atau pembeli muda.
Adapun REI Komisariat Bekasi rutin mengadakan beberapa kegiatan dalam setiap tahunnya, diantaranya seperti Halal Bihalal dan turnamen golf. Kegiatan tersebut tidak hanya penting sebagai forum silaturahmi, tetapi juga untuk membangun komunikasi aktif antarpengembang.