Bisnis.com, INDRAMAYU – Sekitar 4.400 hektare hutan di Kabupaten Indramayu disiapkan untuk program agroforestri yang diluncurkan oleh Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, dan Perum Perhutani.
Bupati Indramayu Nina Agustina mengatakan kawasan hutan seluas 4.400 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti Gantar, Kroya, dan Terisi, siap dimanfaatkan untuk program agroforestri.
“Alhamdulillah, program ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Indramayu dengan memanfaatkan kawasan hutan. Kami sangat optimis bahwa swasembada pangan yang menjadi program Presiden RI bisa tercapai melalui inisiatif ini,” kata Nina, Kamis (6/2/2025).
Beberapa waktu lalu di Indramayu, Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni menyebutkan pentingnya pola agroforestri dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Program ini mengintegrasikan tanaman pertanian, dalam hal ini padi lahan kering, dengan tanaman kehutanan, seperti tanaman serbaguna.
Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dapat memperoleh manfaat ganda, baik dari hasil pertanian maupun hasil kehutanan, tanpa merusak ekosistem yang ada.
Baca Juga
“Ketahanan pangan bukan hanya tentang ketersediaan bahan pangan, tetapi juga tentang pengelolaan sumber daya alam yang bijak dan berkelanjutan. Dengan integrasi antara pertanian dan kehutanan, kita dapat memaksimalkan produktivitas lahan, mendukung kesejahteraan masyarakat, dan melindungi ekosistem,” ujar Raja.
Pola agroforestri yang diterapkan dalam program ini memiliki beberapa keuntungan. Selain meningkatkan produktivitas lahan, program ini juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim.
Tanaman serbaguna yang ditanam bersama tanaman pangan diharapkan dapat membantu melindungi tanah dari erosi, meningkatkan kesuburan tanah, dan memperbaiki kualitas air, yang semuanya berkontribusi pada keberlanjutan pertanian.
Program agroforestri ini tidak hanya terbatas di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, Kementerian Kehutanan bersama dengan Kementerian Pertanian menargetkan pengembangan agroforestri untuk tanaman pangan di seluruh Indonesia seluas sekitar 1,9 juta hektare.
Dari jumlah tersebut, sekitar 389.406 hektare telah teridentifikasi sebagai lahan yang cocok untuk pengembangan padi lahan kering. Jika ditambahkan dengan potensi areal Perhutani, maka total potensi lahan untuk pengembangan padi lahan kering dapat mencapai 419.462,37 hektare.
“Dengan adanya program agroforestri ini, kami berharap dapat menciptakan ekosistem yang mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Kami percaya bahwa melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, kita dapat mencapainya,” ujarnya.
Ia mengklaim, selain memberikan manfaat ekologis, program agroforestri juga diharapkan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar kawasan hutan.
Melalui pengembangan agroforestri, masyarakat dapat memanfaatkan tanah secara optimal, tidak hanya untuk menanam padi tetapi juga untuk menanam berbagai jenis tanaman serbaguna yang memiliki nilai ekonomi, seperti pohon kayu, buah-buahan, dan tanaman obat.
Dalam jangka panjang, program ini dapat menciptakan peluang pekerjaan baru dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, integrasi pertanian dan kehutanan juga dapat membantu memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung pada hasil alam secara tradisional.
Di sisi lain, keberlanjutan program ini juga bergantung pada peran aktif masyarakat dalam menjaga kawasan hutan dan tanaman yang ada. Program agroforestri ini diharapkan dapat mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan hutan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Dengan pengembangan agroforestri yang semakin meluas, baik di Kabupaten Indramayu maupun di daerah-daerah lainnya, Indonesia diharapkan dapat mewujudkan swasembada pangan yang lebih berkelanjutan,” katanya.