Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kota Cirebon Deflasi 0,77% pada Januari 2025, Tarif Listrik hingga Bawang Merah Turun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Kota Cirebon pada Januari 2025 mencapai 0,29% secara tahunan (year on year/yoy).
Warga melakukan pengisian token listrik prabayar di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Warga melakukan pengisian token listrik prabayar di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, CIREBON - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Kota Cirebon pada Januari 2025 mencapai 0,29% secara tahunan (year on year/yoy). Sementara itu, secara bulanan (month to month/mtm), Kota Cirebon justru mengalami deflasi sebesar -0,77%.

Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto menyatakan sejumlah komoditas mengalami penurunan harga yang berkontribusi terhadap deflasi. Beberapa di antaranya adalah jagung manis, kentang, udang basah, bawang merah, bensin, daun bawang, pisang, cabai merah, dan tarif listrik. Penurunan harga ini memberikan tekanan ke bawah pada laju inflasi di Kota Cirebon.

Sementara, beberapa komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi antara lain sigaret kretek mesin, telur ayam ras segar, cabai rawit, daging ayam ras segar, minyak goreng, dan sigaret putih mesin.

“Deflasi yang terjadi pada tahun ini disebabkan oleh penurunan harga di hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran. Kenaikan ini dipengaruhi oleh faktor musiman dan dinamika pasar yang mempengaruhi harga kebutuhan pokok,” ujar Aris di Kota Cirebon, Senin (3/2/2025).

Berdasarkan data BPS, pada Desember 2024 terdapat sembilan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi dan satu kelompok yang mengalami deflasi. Kelompok dengan inflasi tertinggi adalah makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat 1,58%, diikuti oleh kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,76%.

Kelompok lainnya yang mengalami inflasi adalah kesehatan sebesar 0,42%, pakaian dan alas kaki sebesar 0,10%, serta rekreasi, olahraga, dan budaya yang naik 0,59%. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mengalami kenaikan sebesar 0,31%. Selain itu, kelompok transportasi tercatat naik tipis 0,04%, sementara kelompok pendidikan naik 0,09%.

Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi cukup besar, yaitu 7,83%. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami deflasi meskipun lebih kecil, yakni 0,28%. Penurunan harga dalam kelompok perumahan dan energi ini disebabkan oleh turunnya tarif listrik serta harga bahan bakar rumah tangga.

Aris menjelaskan tingkat inflasi di Kota Cirebon masih relatif terkendali dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, dampaknya tidak sebesar daerah lain yang memiliki tekanan inflasi lebih tinggi.

Berdasarkan pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK), Kota Cirebon tercatat sebagai salah satu daerah dengan inflasi terendah di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa harga barang dan jasa di wilayah tersebut masih dalam kondisi stabil dibandingkan dengan kota-kota lain di provinsi ini.

Sementara itu, Kota Bekasi mencatat tingkat inflasi tertinggi di Jawa Barat pada Januari 2025, dengan angka mencapai 1,50%. Kenaikan inflasi di Kota Bekasi disebabkan oleh lonjakan harga komoditas yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain, terutama dalam sektor makanan dan transportasi.

BPS menegaskan bahwa pengendalian inflasi menjadi perhatian utama, terutama untuk menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah daerah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memantau pergerakan harga serta berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan pasokan kebutuhan pokok tetap terjaga

Selain itu, langkah-langkah strategis seperti operasi pasar murah dan distribusi pangan yang lebih merata akan terus dilakukan untuk menekan laju inflasi. Kebijakan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan mengurangi dampak kenaikan harga terhadap masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah.

Dengan inflasi yang masih relatif rendah, Kota Cirebon tetap berada dalam kondisi ekonomi yang cukup stabil. Namun, pemerintah dan pelaku usaha tetap diminta untuk waspada terhadap potensi kenaikan harga yang dapat terjadi akibat faktor eksternal, seperti perubahan harga bahan bakar dan kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi produksi pangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper