Bisnis.com, TASIKMALAYA— Lahan kritis seluas 30 hektare di Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya sukses ditamani pohon Indigofera.
Dengan melibatkan dua kelompok tani lokal, program ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan implementasi teknologi pencampuran bahan bakar (cofiring) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada tahun 2025.
Wakil Meteri Pertanian Sudaryono mengatakan lokasi Bojonggambir ini menjadi percontohan bersama 46 titik lainnya yang digarap oleh PLN dan Kementerian Pertanian.
“Ini adalah model, kita scale up, tidak hanya di Tasikmalaya, tapi juga ada 46 lainnya kita akan scale up dan perluas kegiatan kita di seluruh Indonesia,” ungkapnya di Bojong Gambir, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (26/9/2024).
Ia juga mendorong, langkah penguatan peran renewable energi untuk menyuplai pasokan energi bisa terus diakselerasi. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan lahan kritis untuk ditanami indogofera dan kalindra.
“Selain kayunya yang mengandung karbon tinggi, tapi daunnya juga bisa dimanfaatkan untuk pakan tenak karena memiliki kandungan gizi yang besar,” ungkapnya.
Baca Juga
Hal ini juga sejalan dengan tujuan dari PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) yang menargetkan dapat memasok 10 juta ton biomassa untuk memenuhi kebutuhan cofiring di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada tahun 2025.
“Tahun 2024 ini kita ditargetkan 2 juta ton lebih kita pasok biomassa dan kemudian ditargetkan menjadi 10 juta ton pada tahun 2025,” kata Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara di Tasikmalaya.
Menurutnya sejak 2020 lalu, penggunaan biomassa secara komersial sebagai pengganti batu bara sudah dimulai. Bahkan menurut dia, pada 2023 sudah sekitar 1 juta ton biomassa yang dibakar sebagai pengganti batu bara untuk memproduksi listrik.
“Nah kita berharap di tahun 2025 kita mempunyai pemberdayaan bisa sampai 1,25 juta keterlibatan masyarakatnya dan kemudian nilai ekonominya Rp9,43 triliun dengan 10 juta ton pemakaian biomassanya,” katanya.
Tak hanya soal pemanfaatan biomassa yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan saja, tapi langkah ini juga diyakini akan mendorong pula perekonomian masyarakat.
"Dengan melibatkan masyarakat dalam budidaya tanaman energi, kami tidak hanya mengamankan pasokan biomassa, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka," kata dia.
Biomassa yang digunakan dalam program ini sebagian besar berasal dari berbagai limbah yang tersedia di masyarakat, termasuk limbah kayu dari pabrik, sekam padi, bonggol jagung, serta batang singkong.
Meski demikian, PLN menyadari bahwa ketersediaan limbah tersebut tidak dapat diandalkan untuk jangka panjang karena keterbatasannya.
Untuk menjaga keberlanjutan pasokan biomassa, kata dia, PLN EPI memberdayakan masyarakat melalui program budidaya tanaman yang nantinya dapat dimanfaatkan produksi biomassa untuk cofiring di PLTU.
“PT PLN Energi Primer Indonesia sebagai bagian dari PLN mempunyai program untuk menurunkan emisi dengan langkah konkret yaitu pemanfaatan biomassa ini sebagai substitusi batu bara di PLTU,” katanya.