Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sudah Saatnya Hilirisasi Perikanan di Cirebon

Nelayan di Kabupaten Cirebon masih bergantung pada distribusi ikan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan lokal
Kapal penangkap ikan dari pantai utara Jawa bersandar ke sejumlah dermaga di pesisir Kabupaten Cirebon./Bisnis
Kapal penangkap ikan dari pantai utara Jawa bersandar ke sejumlah dermaga di pesisir Kabupaten Cirebon./Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Setiap hari ratusan kapal penangkap ikan dari pantai utara Jawa bersandar ke sejumlah dermaga di pesisir Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kapal-kapal itu menangkap ikan di Laut Banyuwangi, Lamongan, Banda, Seram, hingga Arafuru, lalu kembali ke Cirebon membawa pulang hasil tangkapan yang melimpah. 

Namun, di balik melimpahnya hasil tangkapan, terungkap sebuah ironi yang telah lama menggelayut, betapa nelayan Cirebon masih bergantung pada distribusi ikan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan lokal. Di sinilah, gagasan hilirisasi perikanan mulai menggema, membawa harapan akan masa depan yang lebih sejahtera.

Bagi banyak orang, Cirebon terkenal dengan kuliner khasnya seperti empal gentong dan nasi jamblang. Tak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Cirebon memiliki potensi besar dalam sektor perikanan

Di sepanjang pesisir, terutama di daerah Losari hingga Mundu, banyak ditemukan lokasi budi daya ikan yang dikelola oleh masyarakat setempat. Beberapa komoditas andalan meliputi bandeng, udang vaname, hingga ikan kerapu.

Pada 2023, Kabupaten Cirebon mencatatkan lonjakan signifikan dalam produksi perikanan budi daya laut. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, hasil tangkapan para pembudidaya laut mencapai 17.426,96 ton, sebuah lompatan besar dari capaian tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.884,5 ton. 

Angka ini seakan menuturkan kisah kegigihan masyarakat pesisir yang setiap harinya bergelut dengan ombak dan cuaca tak menentu, namun tetap mampu menyumbangkan hasil laut terbaik untuk menopang perekonomian daerah. 

Namun sayangnya, potensi besar ini belum tergarap maksimal. Samsur seorang nelayan dan petambak bandeng di Losari, mengisahkan bagaimana ia bersama rekan-rekannya merasa terjebak dalam siklus produksi dan distribusi yang tidak menguntungkan. 

"Kami menanam, kami memanen, tapi kemudian hasilnya dibawa ke luar daerah. Bahkan, untuk kebutuhan lokal saja kami masih mengandalkan pasokan dari luar," ungkapnya sambil memandang hamparan tambak yang terbentang di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Minggu (15/9/2024).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon Erus Rusmana tak menampik fakta ini. Menurutnya, di balik potensi perikanan, ironisnya Cirebon masih mengandalkan pasokan dari luar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Kondisi ini disebabkan kurangnya infrastruktur pengolahan dan hilirisasi produk perikanan di daerah.

Gagasan hilirisasi perikanan bukanlah hal baru. Namun, bagi Cirebon, ini adalah langkah strategis yang mendesak untuk diambil. Hilirisasi tidak hanya sekadar meningkatkan produksi, tapi juga mengolah produk mentah menjadi produk bernilai tambah yang siap bersaing di pasar nasional maupun internasional.

"Kalau kita hanya menjual ikan segar, harga yang didapat oleh nelayan tidak akan optimal. Namun, jika kita bisa mengolahnya menjadi produk seperti fillet, nugget, atau bahkan produk olahan lain seperti kerupuk ikan, maka nilai jualnya akan meningkat signifikan," jelas Erus.

Ia menambahkan, hilirisasi juga membuka peluang kerja baru di sektor pengolahan dan distribusi, yang tentunya akan berdampak positif pada perekonomian lokal.

Rini Kartika, seorang ibu rumah tangga yang juga mengelola usaha kecil pengolahan ikan di Mundu, berbagi pengalamannya. "Awalnya kami hanya mengolah ikan untuk konsumsi sendiri. Tapi lama-kelamaan, saya pikir kenapa tidak coba dijual. Ternyata respons pasar bagus. Sekarang, kami membuat abon ikan, bakso ikan, dan aneka kerupuk ikan. Pelanggan kami datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari Jakarta," ceritanya dengan mata berbinar.

Namun, bagi Rini, upaya ini tak selalu mudah. Tantangan terbesar adalah keterbatasan alat dan teknologi pengolahan. "Kami masih mengolah secara manual, jadi produksinya terbatas. Kalau ada bantuan alat atau pelatihan teknologi pengolahan, mungkin hasilnya bisa lebih maksimal," harapnya.

Melihat potensi besar yang dimiliki Kabupaten Cirebon di sektor perikanan, Japfa, perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis dan perikanan, menyatakan komitmennya untuk mendukung hilirisasi perikanan di wilayah ini. Komitmen tersebut diwujudkan melalui anak perusahaannya, Suri Tani Pemuka (STP), yang berfokus pada budidaya perairan secara terintegrasi sejak beroperasi pada tahun 1987.

STP telah mengembangkan berbagai fasilitas pendukung, termasuk pabrik pakan ikan dan udang, unit pembibitan dan pembesaran ikan serta udang, dan fasilitas pengolahan makanan laut serta cold storage. Fasilitas-fasilitas ini tidak hanya melayani pasar lokal, tetapi juga pasar internasional, menunjukkan peran penting STP dalam mendorong pertumbuhan industri perikanan nasional.

Dukungan riset dan pengembangan menjadi tulang punggung operasional STP. Perusahaan ini didukung oleh JAPFA Aquaculture Research Station yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan divisi Aquaculture Technology Development, yang berfokus pada penerapan teknologi akuakultur terbaru. Dengan inovasi ini, STP berupaya meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil perikanan di Indonesia.

Saat ini, STP mengoperasikan lima pabrik pakan ikan dan udang, dengan setiap formula pakan dikembangkan secara khusus untuk memastikan performa optimal di berbagai kondisi air dan metode budi daya. 

Selain itu, STP juga memiliki unit pembibitan dan pembesaran udang dan ikan air tawar. Unit ini mendukung produksi seafood bernilai tambah yang tidak hanya memenuhi pasar domestik, tetapi juga diekspor ke berbagai negara.

Komitmen Japfa melalui STP ini diharapkan dapat memperkuat hilirisasi perikanan di Cirebon, memberikan nilai tambah bagi para pelaku usaha perikanan, dan mendorong kesejahteraan nelayan serta pembudidaya ikan di wilayah tersebut.

Dukungan Pemerintah, Regulasi, dan Fasilitas

Tentu saja, hilirisasi tak akan berjalan tanpa dukungan penuh dari pemerintah. Menyadari hal ini, Penjabat Bupati Cirebon Wahyu Mijaya menyatakan pihaknya siap memberikan dukungan dalam bentuk regulasi dan fasilitas yang dibutuhkan. 

Menurut Wahyu, fasilitas pengolahan ikan terpadu ini akan dilengkapi dengan alat dan teknologi modern yang memungkinkan pengolahan ikan secara efisien serta higienis.

"Kami sedang merancang regulasi yang memudahkan pelaku usaha perikanan, terutama dalam hal perizinan dan akses ke pasar. Selain itu, kami juga berencana membangun fasilitas pengolahan ikan terpadu yang bisa digunakan bersama oleh para nelayan dan pengusaha kecil," ungkapnya.

"Dengan adanya fasilitas ini, kami berharap produk olahan ikan dari Cirebon bisa bersaing di pasar yang lebih luas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas," imbuhnya.

Selain regulasi dan fasilitas, pemerintah daerah juga akan menggandeng pihak swasta serta lembaga pendidikan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada nelayan dan pengusaha kecil. Pemerintah ingin memastikan nelayan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengelola usaha pengolahan ikan secara profesional serta berkelanjutan.

Hilirisasi perikanan di Cirebon adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh tantangan, namun juga menawarkan harapan. Bagi para nelayan seperti Samsur, hilirisasi adalah kunci untuk keluar dari jerat kemiskinan dan ketidakpastian harga. 

"Kalau bisa mengolah sendiri dan menjual produk jadi, kami tidak lagi bergantung pada tengkulak. Kami bisa menentukan harga yang layak," katanya penuh semangat.

Bagi Rini dan para pengusaha kecil lainnya, hilirisasi membuka pintu untuk memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan. "Dengan bantuan alat dan pelatihan, kami bisa meningkatkan kualitas dan variasi produk. Ini tentunya akan menarik lebih banyak pelanggan," harapnya.

Sementara itu, bagi pemerintah dan pihak swasta seperti Japfa, hilirisasi adalah jalan untuk memberdayakan masyarakat dan membangun perekonomian lokal yang lebih kuat. "Hilirisasi bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tapi juga tentang menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Wahyu.

Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta, hilirisasi perikanan di Cirebon bukan lagi sekadar mimpi. Ini adalah visi masa depan nyata, di mana potensi perikanan Cirebon bisa diolah menjadi produk bernilai tambah, membuka peluang pasar baru, dan membawa kesejahteraan bagi mereka yang telah lama menggantungkan hidup pada kemurahan laut.

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat meninggalkan semburat jingga di langit Cirebon. Para nelayan mulai menarik jaring dan kembali ke pantai. Di dalam benak mereka, tersimpan harapan baru kalau esok hari hasil tangkapan mereka tak hanya akan menjadi ikan segar dijual murah, tapi akan diolah menjadi produk berkualitas tinggi yang membawa kesejahteraan bagi mereka dan keluarga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper