Bisnis.com, CIREBON - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan minyak goreng mengalami inflasi dalam delapan bulan terakhir. Kondisi tersebut terjadi karena harga kebutuhan pokok masyarakat itu terus mengalami lonjakan.
Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto mengatakan komoditas minyak goreng yang mengalami inflasi tertinggi terjadi pada Juli 2024 sebesar 0,56% dengan andil inflasi mencapai 0,01%.
"Sementara, deflasi terdalam komoditas ini terjadi pada November sebesar 0,61% dengan andil inflasi 0,01%," kata Aris di Kota Cirebon, Selasa (3/8/2024).
Menurut BPS, kenaikan harga minyak goreng ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kenaikan harga bahan baku dan biaya distribusi yang semakin tinggi.
Selain itu, gangguan cuaca dan kebijakan ekspor turut memperburuk situasi, sehingga pasokan minyak goreng di pasar domestik menjadi terbatas.
"Minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi. Kenaikan harganya telah berlangsung secara konsisten selama delapan bulan terakhir," kata Aris.
Baca Juga
Lonjakan harga ini tentu saja mempengaruhi pengeluaran rumah tangga, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Para pedagang pun mengakui daya beli konsumen menurun akibat kenaikan harga yang tidak terhindarkan.
Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan mengendalikan harga dan memastikan pasokan minyak goreng yang memadai di pasaran.
Upaya stabilisasi harga sangat diperlukan agar inflasi tidak terus berlanjut dan semakin membebani masyarakat.
Sementara itu, BPS juga mencatat bahwa inflasi secara umum masih berada dalam kisaran yang terkendali, namun lonjakan harga minyak goreng menjadi perhatian khusus. Pemerintah dan pihak terkait diminta untuk segera bertindak guna menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.