Bisnis.com, BANDUNG - Nilai impor Jawa Barat Juli 2024 mencapai US$1,21 miliar atau naik sebesar 14,28% dibandingkan dengan Juni 2024.
Hal ini dipengaruhi oleh naiknya impor Nonmigas sebesar 22,13% sedangkan impor Migas yang turun 20,85%. Bila dibandingkan dengan Juli 2023 terjadi peningkatan nilai impor sebesar 7,52%.
Plt Kepala BPS Jawa Barat Toto Abdul Fatah mengatakan jika dilihat dari 10 golongan barang utama, nilai impor Nonmigas Juli 2024 Jawa Barat sebagian besar mengalami peningkatan dibanding Juni 2024, hanya satu golongan yang mengalami penurunan, yaitu Golongan Karet dan Barang dari Karet sebesar 1,30%.
Jika dilihat lebih rinci, tercatat bahwa peningkatan terbesar dialami Golongan Kendaraan dan Bagiannya sebesar US$42,34 juta atau naik 56,24%, diikuti Golongan Mesin dan Perlengkapan Elektrik sebesar US$38,35 juta 29,06% serta Golongan Kain Rajutan sebesar US$23,33 juta 34,81%.
"Pada Bulan Juli 2024 ini, komposisi 10 golongan barang berbeda dari Juni 2024 dimana terjadi peningkatan nilai impor Golongan Kendaraan dan Bagiannya yang menjadikannya naik ke posisi kedua dan posisi ketiga ditempati oleh Golongan Mesin dan Peralatan Mekanis," jelasnya dalam berita resmi statistik, di Kota Bandung, Senin (2/9/2024).
Kemudian, jika dilihat dari rata-rata nilai impor Nonmigas dari 13 negara mitra utama meningkat dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan sebanyak 10 negara mitra utama impor Jawa Barat mengalami peningkatan dan sisanya mengalami penurunan. Peningkatan terbesar berasal dari Tiongkok sebesar US$88,69 juta atau naik 32,83%, diikuti oleh Jepang sebesar US$50,70 juta atau naik 35,82 serta Korea Selatan sebesar US$17,91 juta atau naik 15,36%.
Baca Juga
Selanjutnya, nilai impor menurut golongan penggunaan Barang Konsumsi dan Barang Modal selama Juli 2024 mengalami peningkatan dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, sebesar 42,37% dan 39,74%, sedangkan Barang Bahan Baku/Penolong turun 0,26%.
"Dari sisi volume, impor Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya menunjukkan penurunan sebesar 7,91%, dari sebelumnya 527.090 ton menjadi 485.410 ton. Hal ini disebabkan oleh turunnya volume impor Migas sebesar 16,74% dengan kontribusi sekitar 52,96%. Namun volume impor Nonmigas naik sebesar 3,21% dengan peranan sebesar 47,04%," jelasnya.