Bisnis.com, CIREBON - Petani di Kabupaten Cirebon masih berjuang di tengah anomali cuaca. Pada Juli 2024 ini, petani di kabupaten tersebut harus menanggung kerugian akibat terjangan banjir.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar mengatakan banjir akibat hujan deras pada akhir pekan lalu tidak hanya merendam permukiman warga, melainkan sejumlah areal pertanian.
Areal pertanian itu, kata Tasrip, berada di wilayah Kecamatan Kapetakan, Panguragan, dan Gegesik. Di wilayah tersebut, sebagian besar petani baru melakukan proses persemaian.
"Untuk di Kecamatan Kapetakan luas persemaian yang terendam banjir mencapai 2 hektare. Ada sebagian kecil yang sudah tanam, dengan umur tanaman padi sekitar sepuluh hari," ujar Tasrip, Kamis (11/7/2024).
Tasrip mengatakan, areal sawah masih terendam banjir. Para petani harus menunggu banjir surut untuk melalukan persemaian ulang
Kerugian yang dialami petani saat masa persemaian, kata Tasrip, sekira Rp1,2 juta per hektare."Jika tidak ada hujan, diperkirakan banjir akan benar-benar surut dalam lima hari ke depan," kata Tasrip.
Baca Juga
Selain merendam sawah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, sebanyak 16.310 warga terkena dampak banjir di wilayah Kabupaten Cirebon.
Sub Koordinator Ahli Muda Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon Juwanda mengatakan 16.310 jiwa tersebut itu berasal dari empat wilayah kecamatan.
Jumlah rumah yang terkena dampak bencana tersebut sebanyak 4.296 unit. Penyebab banjir tersebut, terjadi akibat jebolnya tanggul di Sungai Posong, Kecamatan Gegesik yang meluap hingga merendam permukiman penduduk.
Di Desa Jagapura Lor, Kecamatan Gegesik, banjir masih merendam sejumlah rumah warga. Kondisi tersebut membuat pengendara dari arah Arjawinangun menuju Indramayu maupun sebaliknya tidak bisa melintas.
Juwanda mengatakan, meskipun sudah memasuki musim kemarau, guyuran hujan deras masih kemungkinan terjadi di Kabupaten Cirebon. Hal tersebut pun berdasarkan analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Disebutkan Juwanda, fenomena tersebut akibat dinamika atmosfer di lingkup regional dan global, seperti fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) hingga Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di berbagai wilayah
"Kejadian tersebut memicu dinamika dinamika cuaca yang berakibat masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Cirebon," katanya.