Bisnis.com, KUNINGAN - Pemerintah Kabupaten Kuningan mencatat sebanyak 6.115 balita di Kabupaten Kuningan mengalami stunting. Upaya dari pemerintah harus dilakukan untuk menekan angka tersebut.
Penjabat Bupati Kuningan Iip Hidajat mengatakan angka stunting di Kabupaten Kuningan mengalami peningkatan 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Iip, permasalahan stunting merupakan salah satu isu strategis di Kabupaten Kuningan yang perlu mendapat perhatian lebih, selain dari isu kemiskinan, pengangguran, dan inflasi.
"Pada penanganan stunting harus lebih terarah, kami telah menetapkan lokus stunting selama tahun 2024 yang mencakup 26 desa di 8 kecamatan yang memiliki prevalensi stunting lebih dari 20%," kata Iip, Kamis (16/5/2024).
Pemerintah daerah, kata Iip, meminta pula dukungan kepada perusahaan mampu menggulirkan program corporate social responsibility (CS) untuk penanganan stunting.
Menurutnya, CSR dari pemerintah memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat.
Baca Juga
“Kami mengundang bapak ibu pimpinan BUMN, BUMD, perusahaan swasta dan rumah sakit di Kuningan untuk berkontribusi langsung dalam upaya mewujudkan Zero New Stunting dengan memberikan CSR," kata Iip.
"CSR itu untuk penyediaan pemberian makanan tambahan, mengingat anggaran pemerintah daerah hanya bisa mengcover beberapa sasaran," sambungnya.
Disebutkan Iip, sasaran dalam program penanganan stunting yaitu ibu hamil kurang energi konik, balita gizi kurang, balita berat badan kurang, balita yang tidak naik berat badannya, dan Ibu hamil anemia.
Dari lima sasaran tersebut, dua di antaranya sudah dibiaya melalui skema dari puskesmas, sementara tiga sasaran lainnya bisa menggunakan dana CSR perusahaan.
"Memberikan CSR berupa pemberian makanan tambahan berbahan lokal yang kaya gizi seimbang sesuai anjuran dari ilmu kesehatan. PMT ini dapat langsung diberikan kepada desa dan kecamatan yang telah ditentukan oleh kami dengan prevalensi stunting tinggi,” kata Iip.