Bisnis.com, BANDUNG - Setiap individu, tanpa terkecuali, memainkan peran sebagai pemimpin dalam perjalanannya hidupnya sendiri. Bukan sekadar mengarahkan orang lain, melainkan juga menjadi pemimpin bagi diri sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor kunci yang diperlukan sebagai seorang pemimpin untuk mencapai pertumbuhan dan memberikan kontribusi positif dalam menjalani kehidupan yang dikutip dari buku "Moving On" karya Jamil Azzaini.
1. Berani Melakukan Terobosan Baru
Sebagai pemimpin, keberanian untuk menjalani terobosan baru menjadi salah satu ciri utama. Dalam buku "Moving On," kehidupan digambarkan sebagai perjalanan dinamis di mana perubahan dan pertumbuhan menjadi kunci kelangsungan. Seorang pemimpin tidak hanya mengikuti jejak orang lain, tetapi juga memiliki keberanian untuk memecahkan kebiasaan rutin, menghadapi tantangan, dan menciptakan inovasi. Hidup secara mekanistik tanpa pemikiran dan nurani hanya akan merugikan kehidupan, bukan memperkayanya.
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mendeteksi perubahan, beradaptasi dengan perkembangan eksternal, dan mampu mengartikulasikan visinya menjadi gerakan nyata untuk menciptakan terobosan yang mendorong kemajuan.
2. Membangun Semangat
Baca Juga
Apakah kepemimpinan memerlukan semangat? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dipahami apa yang dimaksud dengan semangat dan bagaimana hal tersebut memengaruhi cara kita memimpin suatu hal. Rasanya, ketika kita menjalani hidup dengan melakukan apa yang kita nikmati, dunia akan terasa lebih nyaman untuk ditempati. Namun, realitasnya tidak selalu seindah itu, terutama saat kita berada dalam posisi sebagai seorang pemimpin.
"Dalam buku Moving On, disampaikan bahwa waktu yang tersedia jauh lebih terbatas dibandingkan dengan peluang kebaikan yang tersebar di seluruh dunia. Untuk menciptakan karya yang bermakna, lakukanlah tindakan yang sesuai dengan semangat. Setiap individu pasti memiliki semangat, maka temukanlah semangat Anda."
Bagaimana hal ini berkaitan dengan kepemimpinan? Ketika kita terlibat dalam pekerjaan atau memimpin di bidang yang tidak sesuai dengan semangat, itu hanya akan menjadi siksaan. Terasa seperti kita hanya menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak memberi pertumbuhan, hingga pada akhirnya kita menyadari bahwa waktu telah berlalu tanpa adanya perkembangan yang signifikan. Kepemimpinan bukan hanya tentang diri sendiri; kita harus menghindari kelesuan yang mungkin terjadi akibat tidak mengejar passion, karena hal tersebut dapat berdampak negatif pada orang lain.
3. Kolaborasi sebagai Kunci
Jika kita mengingat lagu Sheila On 7 yang berjudul "Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki," memiliki pasangan, teman, atau orang-orang terdekat yang dapat mendorong pertumbuhan dan selalu mendukung apa yang kita lakukan bisa diibaratkan dengan lirik lagu tersebut. Berkolaborasi dengan orang-orang yang selalu mendampingi kita dalam proses, bergaul dengan individu yang dapat membantu mewujudkan visi kita, memperkuat hubungan dengan ahli yang dapat memunculkan semangat kita, dan bergabung dengan komunitas yang memiliki visi yang sama.
Mengapa kolaborasi ini menjadi penting dalam kepemimpinan? Seiring berjalannya waktu, energi kita mungkin akan meredup, karena sumber energi yang kita miliki tidak hanya berasal dari diri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dengan berkolaborasi dengan orang-orang yang kita pimpin dan pihak lainnya, kita dapat mengumpulkan kekuatan yang diperlukan dan membuka jalan menuju pencapaian tujuan di masa depan.
4. Kemampuan Menetapkan Prioritas
Seperti bintang paling terang di langit, seorang pemimpin perlu memiliki keterampilan menetapkan prioritas di antara berbagai tuntutan dan keinginan dalam hidup. Tanpa kemampuan ini, kehidupan akan terasa seperti berkeliaran tanpa arah yang jelas, mirip dengan berputar-putar tanpa tujuan saat kehilangan arah.
Menjadi pemimpin berarti memiliki kemampuan memprioritaskan tugas dan tanggung jawab, memilih hal-hal yang lebih penting dan berdampak positif. Dalam situasi waktu yang terbatas, penentuan skala prioritas membantu menghindari kebingungan dan memastikan bahwa setiap tindakan memiliki dampak signifikan untuk kepentingan bersama.
Buku "Moving On" mengajarkan bahwa banyak orang salah dalam menentukan tindakan karena kurangnya kesadaran akan prioritas. Dengan menetapkan prioritas yang tepat, seseorang dapat menghindari jebakan masalah yang terus-menerus dan mendorong pertumbuhan positif dalam kehidupan pribadi dan lingkungan sekitar.
Melalui rangkuman konsep-konsep kunci ini dari buku "Moving On" karya Jamil Azzaini, kita dapat menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin bukan hanya tentang memiliki kekuasaan atas orang lain, tetapi juga tentang membimbing diri sendiri menuju pertumbuhan dan kontribusi yang bermakna dalam perjalanan kehidupan.
(Dini Putri Rahmayanti)