Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras Naik, Petani di Kabupaten Cirebon Malah Gigit Jari

Petani di Kabupaten Cirebon terpaksa gigit jari lantaran tidak mampu menikmati kenaikan harga beras saat ini.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Petani di Kabupaten Cirebon terpaksa gigit jari lantaran tidak mampu menikmati kenaikan harga beras di pasaran yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini.

Ahmad, 58, petani dari Jagapura Lor, Kabupaten Cirebon menyebutkan kenaikan tersebut tidak menjadi keuntungan untuknya. Saat ini, di gudang penyimpanan yang ia miliki tidak menyisakan beras hasil panen.

Ditambah pada awal Februari 2024, Ahmad bersama petani lainnya baru saja memulai masa tanam padi. 

"Kami tidak punya stok beras. Setelah panen, kami langsung menjual langsung kepada bandar. Ini artinya, petani sama sekali tidak menikmati kenaikan harga," kata Ahmad saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (13/2/2024).

Di lain sisi, menurut Ahmad, petani juga merupakan bagian dari konsumen komoditas pangan tersebut. Bahkan, setiap bulir beras yang ia konsumsi ia beli dari pasar tradisional.

Ahmad menyebutkan, pemerintah daerah harus hadir untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara mengaktifkan koperasi-koperasi untuk keluarga petani di Kabupaten Cirebon.

"Kalau kata pemerintah ini merupakan sesuatu yang bagus untuk petani, bagi kami tidak berlaku. Kami makan nasi tetap harus beli," kata Ahmad.

Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras di Kabupaten Cirebon terus melambung sejak satu pekan terakhir ini.

Untuk beras kualitas super, saat ini dijual dengan harga Rp17.000 per kilogram. Sementara pekan lalu, harga pangan andalan masyarakat ini hanya Rp15.000.

Kemudian, untuk beras kualitas medium yang semula hanya Rp14.000, kini melambungan hingga menembus angka Rp16.000 per kilogram.

Sementara, untuk beras kualitas bawah kini dijual dengan harga Rp14.500. Pekan lalu beras kualitas ini hanya Rp12.000 per kilogram.

Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon menyebutkan, produktivitas pertanian padi di Kabupaten Cirebon diprediksi masih terhambat pada 2024 ini.

Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana menyebutkan, dampak el nino di Kabupaten Cirebon masih terasa. Beberapa hektare lahan masih kekurangan suplai air meskipun intensitas hujan mulai tinggi.

“Januari ini sebagian besar lahan belum memasuki masa tanam,” kata Nanang.

Dominasi Beras Impor

Kantor Perum Bulog Cirebon menyatakan cadangan beras pemerintah (CBP) yang berada di gudang merupakan beras impor. Penyerapan beras lokal masih minim akibat mundurnya masa tanam pada awal 2024 ini.

Kepala Kantor Perum Bulog Cirebon, Iman Firdaus Jamal menyebutkan, musim tanam yang dilakukan di wilayah Cirebon, Majalengka, dan Kuningan baru dilakukan pada akhir Januari hingga awal Februari 2024.

“Sampai saat ini masih hasil pengadaan luar negeri. Pengadaan dalam negeri sudah habis, padahal pengadaan dari kami itu membantu cabang lain di Jabar,” kata Iman.

Menurut Iman, penyerapan terhadap produksi petani di wilayah kerjanya akan dilakukan mulai Mei 2024 atau setelah masa panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper