Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciayumajakuning Krisis Pasokan Gabah, Harga Beras Terus Naik

Rata-rata harga beras di tingkat penggilingan mencapai Rp13.195 per kilogram, atau naik 1,90% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp12.948 per kilogram.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, CIREBON - Harga beras di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) terus mengalami kenaikan pada Juni 2025.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan mencapai Rp13.195 per kilogram, atau naik 1,90% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp12.948 per kilogram.

Kenaikan harga ini terjadi merata pada dua jenis kualitas beras yang umum diperdagangkan, yaitu premium dan medium. Rata-rata harga beras kualitas premium tercatat sebesar Rp13.431 per kilogram. Angka ini meningkat 2,17% dari Mei 2025, yang masih berada pada level Rp13.146 per kilogram.

Sementara itu, beras kualitas medium di penggilingan juga mengalami lonjakan harga menjadi Rp12.965 per kilogram, naik 1,71% dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp12.747 per kilogram.

Kepala BPS Jawa Barat Darwis Sitorus mengatakan tren kenaikan harga ini merupakan respons pasar terhadap berbagai faktor produksi dan distribusi.

“Kenaikan harga beras di tingkat penggilingan dipengaruhi oleh penurunan pasokan gabah pascapanen raya, serta meningkatnya biaya produksi dan distribusi,” ujar Darwis, Selasa (1/7/2025).

Ia menjelaskan, wilayah Ciayumajakuning sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Barat masih menunjukkan aktivitas penggilingan yang stabil, namun tekanan pada harga tetap terjadi karena dinamika stok dan permintaan. 

“Meskipun aktivitas penggilingan tetap berjalan, ketersediaan gabah mulai menurun sejak akhir Mei, menyebabkan harga di tingkat penggilingan terdorong naik,” jelasnya.

Darwis juga menyebutkan, cuaca dan perubahan pola tanam turut mempengaruhi produktivitas. Di beberapa daerah, masa tanam kedua mengalami keterlambatan karena curah hujan yang tidak merata. 

Hal ini menyebabkan turunnya pasokan gabah ke penggilingan, yang pada akhirnya memicu naiknya harga beras di hulu.

Secara historis, bulan Juni memang kerap menunjukkan tren kenaikan harga beras, namun tahun ini kenaikannya relatif lebih tinggi dari rerata tahunan. “Jika kita bandingkan dengan Juni tahun lalu, tren kenaikannya lebih tajam tahun ini, khususnya untuk beras premium,” tambah Darwis.

Kenaikan harga di tingkat penggilingan biasanya berdampak pada harga beras di pasar ritel dalam beberapa pekan ke depan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan bersiap dengan potensi kenaikan harga beras konsumsi rumah tangga, meski Pemerintah Pusat melalui Perum Bulog terus menggulirkan program stabilisasi harga melalui operasi pasar.

Selain harga beras, BPS juga mencatat adanya kecenderungan peningkatan biaya distribusi bahan pangan lainnya, terutama akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan biaya logistik antardaerah. Hal ini memberi tekanan tambahan terhadap harga kebutuhan pokok di pasar tradisional, termasuk di wilayah Ciayumajakuning.

“Kolaborasi antara pemerintah daerah, distributor, dan pelaku penggilingan harus diperkuat, terutama dalam menjaga kelancaran pasokan dan aksesibilitas harga beras bagi masyarakat,” tegas Darwis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper