Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Barang Konsumsi ke Jabar Masih Menanjak, BPS Beri Alarm

Nilai impor Jawa Barat pada Agustus 2023 alami penurunan cukup signifikan secara m-to-m yakni -14,23 persen atau turun US$0,28 miliar dari US$1,13 miliar.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG -- Nilai impor Jawa Barat pada Agustus 2023 alami penurunan cukup signifikan secara m-to-m yakni -14,23 persen atau alami penurunan US$0,28 miliar dari US$1,13 miliar menjadi US$0,97 miliar baik dari sektor migas maupun nonmigas. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Marsudijono mengatakan jika dilihat secara Yoy pun impor Jawa Barat alami penurunan -23,54 persen atau alami penurunan sebesar US$0,22 miliar. 

"Sebelumnya, US$1,27 miliar menjadi US$0,97 miliar, itu lebih didominasi sektor nonmigas," ungkap dia, Senin (2/10/2023). 

Ia mengatakan, dengan menurunnya nilai impor di Jawa Barat harus diimbangi dengan peningkatkan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Barat. 

Ia menjelaskan, penurunan impor nonmigas bila dilihat dari Agustus 2023 terhadap Juli 2023, golongan barang Mesin dan Peralatan Mekanis menurun US$22 juta, dari US$104 juta menjadi US$82 juta. 

Lalu, ada juga penurunan dari golongan Mesin dan Perlengkapan Elektrik yakni sebesar US$16 juta dari US$161 juta menjadi US$145 juta. Hal serupa juga dialami golongan filamen buatan turun US$13 juta dari US$66 juta menjadi US$53 juta. 

Sementara itu, berdasarkan negara asal penyumbang, impor dari negara Tiongkok alami penurunan US$23 juta, dari US$262 juta menjadi US$239 juta. 

Kemudian dari Taiwan menurun US$10 juta dari US$61 juta menjadi US$51 juta dan Korea Selatan turun US$9 juta dari US$110 juta menjadi US$101 juta. 

Lebih jauh, ia menjelaskan, berdasarkan struktur penggunaan barang impor secara c-to-c (Januari-Agustus 2022 dan 2023), mayoritas masih digunakan untuk bahan baku penolong, yaitu 79,07 persen, barang modal 11,75 persen dan konsumsinya 9,18 persen. 

"Yang menjadi perhatian kita, impor yang untuk barang konsumsi kalau melihat trennya dari bulan ke bulan kecenderungan ini mengalami porsi kenaikan. Untuk itu, bagaimana kita mampu mensubtitusikan barang impor kita yang untuk diproduksi di domestik."

Kalau dibedah lebih dalam lagi, barang konsumsi secara total mengalami penurunan -19,71 persen. Yaitu dari US$10,14 miliar menjadi US$8,14 miliar. 

"Ini didominasi dari penurunan Bahan Baku/Penolong, dari US$8,12 miliar menjadi US$6,44 miliar," jelasnya. 

Namun, di saat nilai impor barang modal dan bahan baku/penolong kompak alami penurunan, justru Barang Konsumsi trennya meningkat terus. 

"Ini harus jadi catatan tersendiri dan perhatian kita supaya barang domestik kita supaya lebih kuat untuk menggantikan barang konsumsi khususnya barang impor," jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler