Bisnis.com, BANDUNG--Digitalisasi pertanian merupakan salah satu cara untuk melakukan transformasi sistem pertanian pangan di Indonesia.
Sebagai negara dengan hampir 50 persen penduduknya tinggal di daerah perdesaan dan bekerja sebagai petani dan nelayan kecil, meraih keuntungan dari pertanian dengan menggunakan teknologi digital adalah hal yang amat penting bagi mereka.
Badan Pangan dan Pertanian (FAO) meluncurkan Digital Village Initiative (DVI) pada 2021 untuk mempromosikan digitalisasi di daerah perdesaan untuk kepentingan penduduk setempat.
Pada tahun 2022, Indonesia bersama 13 negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik sepakat untuk melakukan survei tentang inovasi digital pada perdesaan di negara-negara tersebut.
FAO, dengan dukungan Institut Pertanian Bogor (IPB), melakukan survei pada 132 desa di Indonesia untuk menilai tingkat inovasi digital termasuk perkembangan teknologi dan tingkat adopsi untuk menentukan kematangan inovasi digital yang dipraktikkan.
Hasil survei tersebut menunjukkan Jawa Barat adalah provinsi yang menerapkan inovasi digital pertanian termasuk perikanan dan peternakan yang cukup progresif pada desa-desanya.
“Beberapa desa di Jawa Barat dinilai menerapkan teknologi inovasi digital pada berbagai kegiatan, seperti smart farming, smart fishery, smart livestock, dan masih banyak lagi," ungkap Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal, pada lokakarya yang diselenggarakan di Bandung, Selasa (7/3/2023).
FAO menemukan tingkat kematangan digital di pedesaan bervariasi dari tahap percontohan hingga tahap komersial. Dengan baseline yang ditemukan ini, pihaknya berharap ini dapat dikembangkan dengan dukungan teknis dari FAO.
"Kami berharap desa inovasi digital ini akan terus berlanjut dalam kerja sama yang erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Sangat penting untuk memanfaatkan potensi desa-desa ini," tambah Aryal.
Di tempat yang sama, Rektor IPB Arif Satria menegaskan regulasi pemerintah sangat penting untuk kelanjutan dan perluasan program Inovasi Desa Digital (DVI) di Indonesia.
“Pembangunan Desa Digital dapat berlangsung sangat cepat, namun perlu didukung dengan regulasi yang baik dan infrastruktur yang baik. Saya berharap seluruh pemangku kepentingan terkait dapat bekerja sama dengan erat untuk pembangunan desa digital ini," katanya.
Ekosistem Desa Inovasi Digital di Jawa Barat
Inovasi digital di desa-desa di Jawa Barat mewakili berbagai sektor di bidang pertanian, antara lain pembangunan infrastruktur, layanan keuangan, layanan sosial, pemasaran pertanian pangan dan e-commerce, pertanian cerdas, peternakan cerdas, sistem informasi, e-government, dan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Di antaranya, e-fishery telah diterapkan di Desa Puntang, Soge dan Krimun di Indramayu. Demikian pula pertanian cerdas telah diterapkan di Habibie Garden di Desa Cibodas, Desa Alam Endah di Kabupaten Bandung, serta Desa Papayan di Tasikmalaya.
Survei tersebut menemukan bahwa egovernance adalah jenis inovasi yang paling banyak di desa, diikuti oleh digitalisasi dalam kegiatan komunitas dan ekonomi, smart farming, sistem informasi, pemasaran pangan pertanian, e-commerce, layanan sosial, layanan keuangan, dan infrastruktur lokal.
FAO di kawasan Asia-Pasifik telah mengembangkan platform yang disebut “1000 Desa Digital” sebagai tempat berbagi pengalaman dan memberikan dukungan teknis untuk inovasi digital.
DVI FAO adalah program untuk mendukung pembangunan pedesaan yang inklusif dan peka gender serta transformasi sistem pertanian pangan berkelanjutan untuk memenuhi tujuan Sustainable Development Goals (SDG) 2030.
FAO DVI mengikuti pendekatan ekosistem digital yang dipimpin oleh negara anggota, berpusat pada pengguna, dan holistik untuk pengembangan desa digital dengan berlandaskan konteks lokal.