Bisnis.com, CIREBON - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pancasila Jakarta siap membantu mengembangkan industri batik tulis asal Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon naik kelas.
Dekan FEB Universitas Pancasila Iha Haryani Hatta mengatakan Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu kota batik. Batik dari daerah Ciwaringin memiliki perbedaan dengan yang ada di kawasan Trusmi.
Haryani menyebutkan batik dari Ciwaringin memiliki keunggulan karena memanfaatkan bahan alami sebagai pewarna. Hal itu jarang ditemui di kota batik lainnya.
"Industri batik Ciwaringin ini ramah lingkungan. Namun, kami menemukan permasalahan dalam upaya pengembangan. Maka dari itu, kami hadir untuk membantu pengembangan sesuai arah Kemendikbud," kata Haryani saat ditemui di Kantor Bupati Cirebon, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Kamis (8/9/2022).
Haryani mengatakan dalam upaya pengembangan industri batik Ciwaringin ini ada beberapa hal yang dilakukan. Pertama, penelusuran permasalahan yang dialami para pebatik di Ciwaringin, terutama masalah promosi dan pemasaran.
Kedua, treatment pelatihan motivasi kepada para pebatik kalau industri tersebut memiliki keunggulan ramah lingkungan dan turut membantu kelestarian lingkungan.
"Pembekalan ini kami lakukan hingga November 2022. Kami melibatkan 30 mahasiswa dari semua prodi fakultas, dosen, pakar, hingga pemerintah daerah," katanya.
"Harapannya, pemerintah daerah bisa mengangkat industri ramah lingkungan tersebut dan menjadi perhatian. Ini kan daya tarik," kata Haryani
Sementara itu, Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan Batik Ciwaringin merupakan salah satu unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon, selain batik Trusmi di Kecamatan Weru.
Adanya kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Cirebon dengan Universitas Pancasila, diharapkan industri kriya daerah ini bisa dikenal oleh banyak orang.
"Selama ini, hanya Trusmi yang dikenal sebagai daerah penghasil batik. Padahal, batik Ciwaringin punya daya tarik lebih karena menggunakan bahan alami sebagai pewarna," katanya.
Batik khas Desa Ciwaringin berbeda dengan batik dari Desa Trusmi, karena menggunakan bahan alami dari kulit pohon mahoni, manggis, rambutan, dan mangga.
Motif batik khas dari Desa Ciwaringin yaitu, sekar jagat, lasem, dan rajeg gusi.
Pada 1960, saat pewarna sintetis dari India dan China beredar di Kabupaten Cirebon. Para pembatik kemudian beralih menggunakan sintetis, namun kualitas yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan pewarna alami.
Hasil dari penggunaan pewarna alami memiliki kualitas lebih bagus, karena pewarna alami tersebut memiliki manfaat untuk lingkungan dan pemanfaatan limbah pohon.