Bisnis.com, BANDUNG - Bank Indonesia Jawa Barat mendorong pelaku industri pengolahan manufaktur untuk mengoptimalkan fasilitas Local Currency Settlement (LCS) agar meminimalisasi risiko ganda dari ketidakpastian nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan fasilitas yang sudah diberlakukan sejak lama ini harus bisa dioptimalkan oleh para pelaku industri untuk memangkas ongkos produksi.
"Cross rate ini kan sebenarnya menjadi variabel dalam ongkos produksi, sehingga dengan memanfaatkan fasilitas ini ongkos produksi menjadi lebih efisien," kata Herawanto dalam konferensi pers West Java Industrial Meeting (WJIM) dengan tema "Industri Jawa Barat Berdaya Saing: Dukungan Local Currency Settlement (LCS) untuk Ekspor Impor dan Instrumen Pendukung Lainnya", di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Selasa (14/6/2022).
Nantinya, kata Herawanto, secara sederhana pelaku ekspor impor bisa menggunakan mata uang rupiah untuk bertransaksi dengan konsumen yang ada di negara lain.
"Biasanya kan kalau kita impor itu harus dikonversi dulu ke dolar, terus konversi lagi ke mata uang negara asal impor, begitupun yang ekspor, jadi muter uang di dolar, dan itu bisa berisiko lantaran fluktuasi nilai tukar," ungkapnya.
Dengan demikian, ia meyakini hal ini bisa meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing lainnya serta menjaga tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Herawanto juga mengatakan, potensi optimalisasi LCS di Jawa Barat cukup besar. Terlebih, Jawa Barat menjadi daerah dengan sumbangsih cukup besar dari sektor ekspor melalui produk manufaktur hingga mencapai 23,4 persen dan Jawa Barat juga berkontribusi terhadap perekonomian nasional hingga 28,3 persen.
"Maka tentunya ketika berbicara soal daya saing, pemerintah pusat hingga daerah dan institusi seperti kami perlu memberikan berbagai informasi soal berbagai dukungan yang telah ada yang bisa dioptimalkan," jelasnya.
Hanya saja, Herawanto mengatakan saat ini masih minim pelaku industri di Jawa Barat yang memanfaatkan fasilitas LCS dalam kegiatan transaksinya. Ia menduga para pelaku industri belum terlalu mengerti bagaimana garis besar keuntungan bertransaksi melalui fasilitas LCS.
"Transaksi LCS di Jabar sebenarnya cukup besar. Kita lihat misalnya dari transaksi ekspor Jabar per April 2022 mencapai 3,4 miliar USD. Tapi kalau dilihat pemanfaatannya, transaksi LCS baru 912.000 dolar. Artinya masih banyak ruang yang harus dimanfaatkan," jelas dia.
Ia mengatakan, saat ini fasilitas LCS sudah terkoneksi dengan empat negara, yakni China, Jepang, Malaysia dan Thailand. Jumlah ini kata dia akan terus bertambah sehingga mata uang rupiah bisa terkoneksi dengan negara lain.
Meski demikian, ia mengatakan Jawa Barat menjadi daerah tertinggi yang memanfaatkan fasilitas LCS dibanding dengan daerah lainnya di Indonesia.
"Saat ini ada 439 perusahaan yang telah menggunakan LCS dengan transaksi USD912.000 atau 29 persen transaksi nasional," imbuhnya.
West Java Industrial Meeting (WJIM) sendiri akan digelar di Trans Convension Hotel pada Rabu (15/6/2022) dengan menghadirkan para pelaku industri manufaktur serta pemangku kebijakan. (K34)