Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IKN Memakan Lahan Luas, Ridwan Kamil Contohkan Kegagalan Brazil dan Keberhasilan Washington

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengusulkan agar luasan lahan untuk Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan menekankan soal pentingnya menjadi tempat yang layak untuk ditinggali.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan pemaparan pada diskusi webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/1/2021). Bisnis/Rachman
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan pemaparan pada diskusi webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/1/2021). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengusulkan agar luasan lahan untuk Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan menekankan soal pentingnya menjadi tempat yang layak untuk ditinggali.

Ridwan Kamil menyampaikan pandangannya terkait IKN saat menjadi narasumber secara virtual dalam acara Paradigma Kota dan Arsitektur di Masa Depan, Arsitektur sebagai Artefak Peradaban dalam Perspektif Istana yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia Nasional, Rabu (9/2/2022) malam.

Dari sudut pandangnya sebagai arsitek dan urban planner, urusan IKN bukan semata-mata memindahkan dan membangun infrastruktur.

"IKN adalah membangun masa depan.
Membangun masa depan harus punya identitasnya. Sejarah arsitektur modern kurang lebih mereduksi banyak sekali kearifan-kearifan lokal yang tentunya bisa harus kita carikan definisi-definisi barunya [di IKN],” katanya.

Lahan IKN dalam rencana pengembangannya nanti ditaksir mencapai 250.000 hektar. Menurutnya paradigma membangun dalam skala besar masih terjadi dalam perencanaan IKN.

“Saya kira boros lahan menjadi sebuah kebiasaan di kita, kalau membangun skala besar itu cenderung suka luas-luasan,” katanya.

Jika IKN didesain sebagai kota yang nyaman ditinggali maka fungsi livability harus dimiliki. Dia mencontohkan luasan Washington DC yang hanya mencapai 17.000 hektar atau setara dengan luasan Kota Bandung.

Karena itu pihaknya mengingatkan bahwa dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN maka pembangunan harus berprinsip seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.

“[Kegagalan] itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di ibukota Myanmar di mana-mana, [pembangunan fisik] berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun,"

"Makanya sebenarnya saya tidak suka kampus-kampus di Indonesia yang terlalu jauh-jauh bangunannya. Jadi antar bangunan harus naik mobil turun mobil dan sebagainya. Lama-lama karena kebiasaan tidak menciptakan kota dengan ukuran skala yang benar, kita jadi terbiasa menerima budaya bahwa menikmati arsitektur harus naik mobil,” paparnya.

Ridwan Kamil mencontohkan pula soal Dubai yang sukses menjadi kota berasitektur modern, indah dan inovatif namun tidak nyaman untuk menjalani kehidupan.

Menurutnya Dubai menjadi contoh bagaimana penataan ruangnya tidak bisa menyandingkan yang kaya dan miskin justru melahirkan ketidakadilan ruang. Dia berharap IKN belajar dari kegagalan-kegagalan di negara lain.

“Yang saya khawatirkan di tahap berikutnya dari Ibu Kota Negara ini adalah nanti hanya kumpulan katalog arsitekstur, kumpulan bangunan-bangunan yang dibahas estetikanya, teori-teori bangunannya, tapi tidak membentuk sebuah peradaban kota,” katanya.

Karena itu pihaknya mendorong asosiasi IAI untuk berperan aktif dalam proses IKN tersebut. Bahkan dirinya berharap IAI bisa menjadi konsultan Presiden Jokowi agar proses pembangunan IKN tidak keluar dari prinsip-prinsip membangun peradaban kota lewat rumus desain, density dan diversity.

"Ini momen bersejarah banget nggak pernah mungkin akan terulang ya ibukota dua kali, nggak akan terulang lagi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper