Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Stasiun Garut, dari Tempat Singgah Charlie Chaplin hingga Potret Eropa di Priangan

9 Februari 1983 menjadi tanggal terakhir KA Cibatu-Garut melayani penumpang menuju dan dari Garut. Kala itu, tren moda transportasi pribadi tengah melejit-melejitnya membuat penumpang beralih menggunakan moda transportasi darat lain seperti mobil, bus, dan truk.
Stasiun Garut/Bisnis
Stasiun Garut/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Stasiun Garut menjadi momoar bagi dunia perkeretaapian di Bumi Pertiwi. Banyak peristiwa sejarah dan potret priangan di masa lampau yang melibatkan Stasiun Garut di dalamnya.

9 Februari 1983 menjadi tanggal terakhir KA Cibatu-Garut melayani penumpang menuju dan dari Garut. Kala itu, tren moda transportasi pribadi tengah melejit-melejitnya membuat penumpang beralih menggunakan moda transportasi darat lain seperti mobil, bus, dan truk. Semasa beroperasi, lintas Cibatu-Garut dengan panjang 19 kilometer membutuhkan waktu tempuh sekitar 50 menit di mana setiap empat kilometer terdapat stasiun sebagai pemberhentian.

Pada tahun 1926 tercatat enam kali perjalanan kereta api Cibatu-Garut, begitu pula arah sebaliknya. Sebagai penarik kereta digunakan lokomotif “Si Gombar”, legenda lokomotif Garut yang sangat perkasa menghela rangkaian kereta api.

Dikutip dari laman kai.id, Priangan sendiri dijuluki Europa in de Tropen. Sejak zaman kolonial Belanda Priangan sudah terkenal akan keindahan dan eksotisme alamnya. Wilayah di Priangan yang dimaksud antara lain Bandung, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Garut. Karesidenan Priangan mendapatkan banyak julukan seperti Europa in de Tropen, Parijs van Java, Geneve van Java, Montpeiler of Java, dan Switzerland van Java. Bahkan seorang Belanda yang sempat tinggal di Priangan, M.A.W. Brouwer mengatakan bahwa “Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum”.

Daerah pegunungan yang terhampar di Garut menyajikan panorama pemandangan yang indah. Pada masa kolonial, Garut adalah salah satu tujuan wisata penting di Priangan. Beberapa pegunungan di Garut antara lain Cikuray, Sadakeling, Papandayan, Guntur, Haruman, dan Kaledong. Keseluruhan tanah di daerah tersebut merupakan lahan subur yang banyak ditanami kopi, teh dan kina. Selain itu banyak lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian.

Kendati Garut memiliki lahan subur dan pemandangan yang manawan namun banyaknya pegunungan membuat daerah tersebut terisolasi. Jalan-jalan yang menanjak melintasi pegunungan membuat pengangkutan menggunakan pedati mengalami kesulitan dan memakan waktu tempuh yang lama. Untuk mengatasi permasalahan pengangkutan, perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) membangun jaringan kereta api menuju Garut.

Pembangunan jalur kereta api di Garut dimulai dari Cicalengka pada tahun 1887, sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Priangan-Cilacap. Sebelumnya, SS telah merampungkan pembangunan jalur kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka pada tahun 1884. Pada 14 Agustus 1889 jalur kereta api Cicalengka-Garut sepanjang 51 kilometer dibuka untuk umum. Gubernur Jenderal Hindia Belanda meresmikan lintas tersebut dengan sebuah acara perayaan yang megah. Selanjutnya pembangunan dilanjutkan sampai ke Cikajang yang dimulai pada tahun 1921.

Seorang pelancong Eropa, H.M. Tomlinson mengisahkan perjalanannya ke Garut menggunakan kereta api dari Batavia. Berangkat dari Stasiun Kemayoran menuju Stasiun Cibatu dilanjutkan dengan kereta api tujuan Stasiun Garut. Pada saat itu kereta api menjadi transportasi primadona, mengingat perjalanan kereta mengahadirkan pengalaman yang mengasyikkan. Para pelancong akan disuguhi pemandangan pegunungan dan lembah, serta pengalaman tidak terlupakan ketika melintasi jembatan serta terowongan yang tinggi dan panjang.

Sesampainya di Garut, pada pagi hari Tomlison melanjutkan perjalanan mengunjungi Gunung Cikuray, melewati sebuah desa kecil yang lestari. Dari atas Gunung Cikuray terbentang pemandangan hijau lembah Garut, sebuah pemandangan yang mungkin tidak pernah ditemui baik di Eropa maupun Amerika. Tomlison pun menyebut keindahan panorama di Garut sebagai sebuah Taman Surga.

Bahkan komedian legendaris asal Inggris, Charlie Chaplin pernah menyambangi Garut. Kedatangan Charlie Chaplin ke Indonesia dikabarkan koran Het Niews van den Dag voor Nederland Indie yang terbit pada 29 Maret 1932. Sebuah telegram dari Singapura menginfokan Chaplin akan tiba disana pada Minggu malam. Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Chaplin akan meninggalkan Batavia pada hari Senin melanjutkan perjalanannya ke Garut.

Pada 30 Maret 1932 Chaplin tiba di Garut. Meski hanya satu malam menginap di sebuah hotel di Garut, Chaplin mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sampai-sampai memunculkan banyak ide untuk film komedinya.

Diduga kedatangan Chaplin ke Garut menggunakan kereta api. Hal ini dikuatkan dengan sebuah potret Chaplin pada majalah Moesen tanggal 15 Januari 1995 dengan keterangan Charlie Chaplin op het perron van station Garoet, 1932. Potret tersebut merupakan koleksi Ernst Drissen yang diketahui pernah menetap di Garut. Selepas dari Gaut, Chaplin melanjutkan perjalanannya menyambangi Pulau Dewata. (K34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper