Bisnis.com, SUMEDANG — Upaya Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir dan jajarannya mengembangkan kawasan Butom (Buahdua, Ujungjaya, dan Tomo) dinilai menjadi jalan keluar terbaik mendongkrak kesejahteraan warga di Sumedang bagian timur.
Tokoh Sumedang Taufik Gunawan Syah mengatakan pembangunan Sumedang selama ini agak terhambat mengingat posisinya yang masuk dalam Kawasan Strategis Nasional Cekungan Bandung.
“Urusan ini membuat Sumedang tidak memiliki begitu keleluasaan dalam menentukan ruang, contohnya pengembangan Jatinangor,” katanya kepada Tim Jelajah Metropolitan Rebana 2 Bisnis Indonesia, pekan ini.
Menurutnya posisi ini membuat Sumedang hanya berpangku dan menunggu intervensi yang dilakukan pihak provinsi dan Pusat. Karena itu pengembangan kawasan Timur Sumedang agak terabaikan.
“Tapi sekarang ada Rebana di mana daerah yang mengajukan peruntukan ruang pada konsep metropolitan,” ujarnya.
Sumedang sendiri lewat Butom sudah memiliki modal besar yakni Waduk Jatigede dan Tol Cisumdawu serta posisinya yang dekat dengan Tol Cipali, Pelabuhan Patimban dan Kertajati. “Memang Butom itu tepat jika dijadikan kawasan peruntukan industri dan masuk Rebana,” katanya.
Pihaknya menyoroti ketepatan Buahdua yang masuk dalam Butom, mengingat posisi wilayah Buahdua yang bisa menopang kawasan Cincin Tampomas. Buahdua dinilai Taufik strategis karena memiliki banyak keunggulan.
“Kalau Buahdua berkembang, maka rencana pengembangan kawasan Cincin Tampomas juga akan ikut berkembang,” katanya.
Kepala Bappeda Jawa Barat Ferry Sofwan Arif juga memuji Pemkab Sumedang yang akseleratif dalam menggenjot kepentingan pengembangan kawasan Butom. Ferry mengaku dalam praktek di lapangan terkait penentuan tata ruang, Sumedang memastikan pola tata ruang sesuai antara perencanaan dan pengajuan. “Betul Sumedang itu datang terakhir tapi bisa menyusul ke depan,” ujarnya kepada Bisnis.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan untuk Butom pihaknya menawarkan peluang kawasan dan peruntukan yang berbeda. KPI Buahdua misalnya, memiliki lahan seluas 4.129 hektare disiapkan ke dalam dua zona industri; zona industri olahraga dan pariwisata serta zona industri agrobisnis dan pariwisata dengan lahan yang siapkan seluas 1.147 hektare.
Buahdua memiliki jarak tempuh ke Bandara Kertajati sejauh 25 kilometer dan Patimban 63 kilometer, namun hanya 8 kilometer ke ruas tol Cisumdawu dan Cipali. “Ini posisinya strategis karena juga dekat dengan kawasan Jatigede dan sejumlah obyek wisata,” ujarnya.
Lalu Ujungjaya dan Tomo. Dengan lahan sekitar 2.981 hektare, KPI yang meliputi 8 desa ini sudah dirancang lebih komprehensif dimana industri yang masuk ke wilayah tersebut akan terbagi dalam industri hulu atau andalan, industri antara dan industri hilir.
Untuk industri hulu misalnya akan disiapkan kawasan untuk industri bahan bangunan, pangan, kimia farmasi dan kosmetik hingga alat transportasi dan pergudangan. Sementara untuk zona industri antara yakni jasa industri, barang modal, industri pengolahan kayu.
“Industri hulu kami arahkan pada industri logam dasar dan bahan galian bukan logam. Industru hulu agro, indutri serat. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan eksisting di wilayah Ujungjaya dan Tomo. Nanti salah satu interchange Tol Cisumdawu ada di Ujungjaya. Tomo itu luas yang disiapkan 397 hektare, Ujungjaya 2.584 hektare,” tuturnya.
Program Jelajah Metropolitan Rebana 2 Bisnis Indonesia kembali terselenggara berkat dukungan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Diskominfo Jawa Barat, PT Astra Tol Cipali, Bank Indonesia Perwakilan Cirebon dan PT Migas Hulu Jabar ONWJ. Program ini dilepas khusus Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama direksi Bisnis Indonesia secara daring di Gedung Pakuan, Bandung.