Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Metropolitan Rebana 2: Ujung Jaya, Land Of Glory Butom

Sejak 2012, kawasan Ujung Jaya sudah dilirik investor. Lahan dibeli untuk investasi, mengingat ada rencana jalan Tol Cisumdawu yang bukaannya berada di wilayah Ujung Jaya.
Kawasan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang/Bisnis
Kawasan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang/Bisnis

Bisnis.com, SUMEDANG — Jagoan lain di kawasan Butom, Sumedang adalah Kecamatan Ujung Jaya. Kawasan ini terlihat paling siap, kondusif dan terbuka menyambut investor ke kawasan Metropolitan Rebana. Seberapa siap?

Butuh waktu sekitar 10 menit bagi tim Jelajah Metropolitan Rebana sampai di Kantor Kecamatan Ujung Jaya, Sumedang dari titik yang menjadi calon kawasan industri Tomo, tetangganya.

Camat Ujung Jaya Didin Hermawan sumringah menyambut kedatangan, seperti protokol menyambut investor atau tamu besar datang. “Saya sedang menjalankan misi suci,” katanya membuka obrolan kepada Bisnis, Rabu (30/6/2021).

Misi suci tersebut adalah perintah Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir pada jajarannya agar proaktif menyambut para investor yang akan masuk ke kawasan Butom—singkatan dari Buah Dua, Ujung Jaya dan Tomo.

Menurutnya sejak 2012, kawasan Ujung Jaya sudah dilirik investor. Lahan dibeli untuk investasi, mengingat ada rencana jalan Tol Cisumdawu yang bukaannya berada di wilayah Ujung Jaya.

Didin yang baru bertugas 2017 lalu di Ujung Jaya punya modal, jabatannya sebagai Kepala Bidang Fisik Bappeda Sumedang sudah merencanakan kawasan tersebut untuk peruntukan industri. “Saya ada sedikit sumbangsih di Butom, saya terlibat dalam perencanaan kawasan ini,” katanya.

Didin enak diajak bicara, informatif dan luwes. Keluwesan ini yang membuat dirinya merunut kesiapan warga dan perangkatnya untuk menyambut perkembangan Ujung Jaya menjadi metropolitan.

Untuk membuat iklim investasi nyaman, sejak awal menjabat dirinya menggelar rapat khusus bersama Kapolsek dan Danramil melibatkan 9 kepala desa, 9 BPD, 9 LPM dan 9 Karang Taruna pada 6 Oktober 2017.

Rapat ini juga sekaligus menangkap aspirasi warga terkait rencana Ujung Jaya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah sebagai peruntukan industri. “Kami semuanya menyambut baik, namun ada 5 aspek aspirasi masyarakat,” katanya.

Menurutnya lima aspek ini mencakup lapangan pekerjaan yang meliputi kuota bagi warga Ujung Jaya dan disepakati pengusaha maupun investor, lalu perusahaan menggelontorkan CSR untuk melatih para warga lokal sesuai kebutuhan industri dan minat.

Aspek kedua mencakup dukungan pada penyelenggaraan pemerintahan desa dari pengusaha, dimana investor harus menyisihkan CSR ke rekening desa. Ada juga aspek lingkungan hidup dimana investor mengalokasikan CSR untuk kegiatan pelestarian lingkungan hidup Ujung Jaya.

Didin juga menerangkan soal aspek keagamaan dimana CSR perusahaan nantinya akan diarahkan untuk pengembangan 7 pondok pesantren di wilayahnya. “Ini bukan SARA, tapi 99,9 persen warga Ujung Jaya itu muslim, bahkan ponpes yang ada sudah berskala nasional,” katanya.

Aspek terakhir adalah pemuliaan kearifan lokal dimana masyarakat adat Ujung Jaya juga membutuhkan perhatian agar tetap lestari. “Ada investor datang, perusahaan besar, ini ide brilian. Kelima aspek ini membuat investor bisa lebih membumi, karena saya pastikan warga menerima dan tidak ada resistensi,” tuturnya.

Urusan Resistensi dan Lahan

Camat Ujung Jaya Didin Hermawan
Camat Ujung Jaya Didin Hermawan
Salah satu bukti tidak adanya resistensi, Didin juga mengaku sudah mengumpulkan sejumlah LSM yang ada di wilayahnya untuk bersinergi. LSM-LSM ini ikut terlibat dalam sejumlah paket pekerjaan dan saling berbagi. “Kami mengundang mereka, kami tidak akan biarkan siapapun menghambat pembangunan kawasan industri,” katanya. Manjur.

Maka, ketika Butom mulai masuk dalam kancah Metropolitan Rebana, Ujung Jaya menurutnya sudah dalam kondisi kondusif. Dimana alur perizinan juga informasi soal status lahan yang dibidik oleh investor menjadi terang benderang.

“Saat investor datang pada kami, lalu menunjukkan lokasi yang diminati, kami dengan desa memverifikasi status lahan, kami berkirim surat ke Bappeda. Surat konsultasi ini terkait status peruntukan lahan, status lahan, surat konsultasi ini juga kami tembuskan ke investor jadi mereka mengetahui alur konsultasinya. Nanti 1-2 hari kemudian, ada balasan dari Bappeda kalau lahan statusnya aman, peruntukannya tepat seperti yang diinginkan investor, silahkan investor membeli tanahnya, ini menghindari investor untuk salah beli tanah,” kataya.

Menurutnya salah beli tanah harus dihindari meski 2.546 hektare lahan Ujung Jaya masuk dalam kawasan peruntukan industri. Pemkab Sumedang sudah memetakan lahan di Ujung Jaya sebagai Kota terpadu untuk kegiatan industri, komersial, fasilitas publik serta hunian.

“Koridor Ujung Jaya diarahkan untuk industri seluas 22,7 hektare, komersial seperti mall, hotel dan retail 152,26 hektare,” kata Kepala Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Sumedang Ade Suryana.

Mengantongi peta umum Ujung Jaya dan peruntukannya juga memudahkan Didin beserta 9 kepala desa menginformasikan pada investor. “Ujung Jaya itu proaktif, mengarahkan investor sesuai rencana tata ruang, industri apa saja apa yang bisa dibangun di sana,” ujar Didin.

Karena itu Ujung Jaya juga sudah memiliki zonasi 1,2 dan 3 untuk mengklasifikasi harga tanah. Untuk zona 1 yang berada di ruas jalan Provinsi harga tanah berkisar Rp5-6 juta/bata, zona 2 sebesar Rp3-5 juta/bata dan zona 3 di bawah itu.

Di luar urusan birokrasi dan iklim investasi, lahan Ujung Jaya juga memiliki kontur hamparan yang cocok untuk berdirinya industri, dari sisi akses akan makin mudah karena Tol Cisumdawu Seksi 6 A interchange-nya di wilayah tersebut. Memudahkan arus barang menuju Pelabuhan Patimban, Subang atau pergerakan ke Wilayah Bandara Kertajati, Majalengka, juga ruas Jakarta dan Pantai Utara Jawa.

Kecamatan ini juga memiliki potensi perkebunan dan pertanian. Sejumlah lahan banyak juga dikuasai oleh Perum Perhutani, sementara untuk hunian minim sehingga memiminalisir pembebasan lahan. Kondisi minim pemukiman dan pergerakan warga ini didapati Bisnis ketika menjelajah wilayah tersebut. Ada usaha perdagangan meski sifatnya usaha kecil, industri sudah bermunculan, namun akses jalan provinsi butuh pelebaran agar memudahkan.

Terlihat paling siap, Didin kembali membuka misi suci yang ia bicarakan di awal. Menurutnya nama Ujung Jaya kerap ditafsirkan negatif sebagai akhir dari kejayaan. Padahal berdasarkan penelusurannya ke sejumlah pihak sampai pemuka agama, Ujung Jaya memiliki spirit yang sangat positif.

“Kalau bahasa inggris ini bukan end of glory, tapi glory ending, menurut ulama bahkan ini artinya khusnul khotimah. Kami ingin mengubah wajah negatif nama kecamatan ini dengan hadirnya Butom, nanti ketika orang masuk ke ini ada tulisan, Selamat Datang di Ujung Jaya, Welcome to Land of Glory,” ungkap Didin bersemangat.

Program Jelajah Metropolitan Rebana 2 Bisnis Indonesia kembali terselenggara berkat dukungan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Diskominfo Jawa Barat, PT Astra Tol Cipali, Bank Indonesia Perwakilan Cirebon dan PT Migas Hulu Jabar ONWJ. Program ini dilepas khusus Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama direksi Bisnis Indonesia secara daring di Gedung Pakuan, Bandung.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper