Bisnis.com, BANDUNG - Jawa Barat dinilai memiliki potensi hortikultura yang tinggi. Namun, potensi ini kerap tidak disadari oleh masyarakat dan memilih untuk menekuni mata pencaharian lain meski peluang di depan mata.
Kebutuhan produk hortikultura di pasar dalam negeri maupun luar negeri sangat besar. Bahkan, tidak sedikit komoditas hasil pertanian yang terpaksa diimpor ke dalam negeri lantaran kebutuhannya tidak bisa dipenuhi.
Hal tersebut menurut Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Entang Sastraatmadja harus menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku hortikulutra untuk lebih menekuni produksinya agar sesuai dengan kebutuhan pasar.
Produksi hortikultura kerap kali sekadar menanam dan memanen saja. Padahal lebih dari itu, petani bisa menjadikan proses produksinya lebih inovatif. Saat ini banyak hasil penelitian tentang cara memproduksi hortikultura yang mampu meningkatkan dari sisi kualitas maupun kuantitas produk.
Dengan demikian, harapannya saat ini petani tidak usah lagi merasa profesinya sebagai sesuatu yang usang. Pasalnya, di masa Pandemi ini, sektor yang tidak terpengaruhi adalah salah satunya sektor pangan. Dengan demikian, petani seharusnya melihat ini sebagai tantangan sekaligus peluang bagaimana mengisi "kekosongan" permintaan dari pasar.
Peluang pasar dalam dan luar negeri
Ketergantungan Indonesia terhadap produk hortikultura khususnya tanaman pangan harus segera diakhiri. Dalam data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sebanyak 2.707.572 ton sepanjang 2020.
Hal tersebut menggambarkan bagaimana kekuatan produksi hortikultura dalam negeri dinilai tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional. Catatan miris tersebut seakan kontradiksi bahwa Indonesia yang sedari dulu dikenal negara agraris.
Entang berulang kali mengatakan untuk merealisasikan dan mengembalikan kedigdayaan pangan nasional, memang dibutuhkan keberpihakan eksekutif dan legislatif. Bagaimana dukungan dan perlindungan kepada para pelaku hortikultura harus dilakukan.
Bagaimana tidak, kerap pemerintah melakukan ekspor besar-besaran disaat petani dalam negeri sedang panen raya. Akhirnya, produk para petani dalam negeri dibanderol dengan harga minim karena stok pangan melimpah.
Belum lagi masalah harga bibit dan pupuk yang tidak masuk di akal. Hal tersebut perlahan secara psikologis membuat para petani "kapok" untuk meningkatkan kapasitas produksinya karena trauma melihat kenyataan hasil tanamnya dihargai murah.
Meski demikian, optimistis dunia hortikultura tidak boleh mati, kata Entang. Yang harus dilakukan para pelaku usaha hortikultura adalah jangan menggantungkan harapan pada pemerintah atau bahkan pihak lain. Sehingga, passion tersebut bisa terus tumbuh sembari terus belajar untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.
Meski demikian, ia mengapresiasi langkah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kemauan generasi muda dalam bertani. Yakni dengan program Petani Milenial.
Gagasan Gubernur Jawa Barat tersebut kata Entang memang harus terus disempurnakan untuk mengoptimalkan hasil dari program tersebut.
Menurut Entang, Ridwan Kamil harus merinci atau mematangkan konsep Petani Milenial ini. Sehingga para program ini akan mampu mencetak petani 4.0 yang mengedepankan teknologi informasi dalam proses produksinya.
Selain itu, ada beberapa jenis tanaman hortikultura yang bisa diproduksi dengan tingkat kebutuhan pasar yang tinggi.
1. Tanaman Buah
Dengan memproduksi tanaman buah, petani bisa masuk pada pasar yang sangat luas. Mulai dari tanaman musiman ataupun tanaman sekali panen sama-sama menguntungkang.
Selain pasar tradisional, pasar modern hingga hypermarket pun saat ini menerima banyak sekali produk buah-buahan. Tentu saja dengan standar yang telah ditentukan.
2. Tanaman Sayur
Saat ini banyak sekali sistem tanam untuk tanaman sayur. Bahkan saat ini sedang tren urban farming yang bisa memanfaatkan lahan sempit untuk bertanam.
Beragam media pun bisa dimanfaatkan oleh petani milenial untuk menghasilkan produksi tanaman sayur dengan optimal. Seperti buah-buahan sayur-sayuran juga saat ini memiliki pasar luas, mulai dari pasar tradisional hingga hypermarket.
3. Tanaman Hias
Tanaman hias saat ini tengah booming. Akibat Pandemi Covid-19, masyarakat menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Kompensasinya, masyarakat mulai beralih dengan menggemari memelihara tanaman hias untuk mepercantik rumahnya. Sehingga permintaan serta harga pelbagai tanaman hias terus meroket.
4. Tanaman Obat
Jika ingin memiliki produski hortikultura yang bernilai ekonomis stabil, maka tanaman obat adalah jawabannya.
Tanaman obat sangat dibutuhkan, baik untuk pengobatan tradisional hingga bahan baku industri farmasi. Dengan demikian, maka berapapun hasil dari tanaman obat ini pasti akan diterima oleh pasar.
Apalagi baru-baru ini, permintaan ekspor tanaman obat terus meroket dengan Pandemi Covid-19 ini yang belum berakhir.
5. Tanaman Pangan
Beras, jagung, gandum dan umbi-umbian menjadi tanaman yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan, untuk tanaman umbi-umbian, banyak negara yang membutuhkannya sehingga selain bisa memenuhi pasar dalam negeri, juga pasar luar negeri. (K34)