Bisnis.com, CIREBON - Pesimisme membayangi pedagang batik trusmi seiring larangan mudik pada libur lebaran tahun ini.
Larangan mudik 'memukul' penjual batik di Sentra Batik Trusmi, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), harapan bisa meraih untung terasa memudar. Kondisi buntung yang justru membayang.
Suasana Sentra Batik Trusmi, Selasa (27/4/2021) pagi, pun tampak lengang.
Suasana Sentra Batik Trusmi, di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Selasa (27/4/2021) pagi./Bisnis-Kim Baihaqi
Kios penjual kerajinan tangan khas Cirebon sebagian besar masih tertutup rapat. Jaring laba-laba di hampir semua sudut seperti mengisyaratkan tidak adanya perawatan atau sentuhan dari pengelola tempat tersebut.
Lani, 45, penjual batik di Sentra Batik Trusmi mengaku pasrah dengan adanya larangan mudik dari pemerintah. Momen libur lebaran, biasanya dimanfaatkan Lani bersama pedagang lainnya meraup rupiah dari para pemudik yang melintasi jalur pantura.
Selama 15 hari Ramadan, Lani mengaku cuma mendapatkan tiga orang pembeli. Ketiganya hanya membeli kemeja batik berharga Rp100.000 sampai Rp150.000.
"Kalau momen lebaran, selalu ramai di sini. Begini caranya, saya bisa bangkrut, stok dari 2018 sampai sekarang masih banyak yang belum terjual," kata Lani.
Sentra Batik Trusmi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Pasar tersebut awalnya diproyeksikan sebagai sentra batik Jabar. Batik corak Megamendung dengan mudah bisa ditemukan di tempat ini.
Sentra batik ini didirikan dengan menghabiskan anggaran Rp10 miliar, terdiri atas Rp6 miliar dari bantuan gubernur dan Rp4 miliar dari APBD Kabupaten Cirebon.
Sentra Batik Trusmi yang memiliki 154 kios itu, pagi itu sunyi. Hanya belasan kios saja yang masih dibuka.
Pedagang batik lainnya, Yadi, 45, menyebutkan, ramainya sentra batik sangat tergantung pada pengunjung rumah makan empal gentong Haji Apud. Sebagian besar pengunjung yang membeli batik, tujuan awalnya adalah rumah makan tersebut.
"Biasanya setelah makan empal gentong mereka langsung lihat-lihat terus membeli. Pernah, waktu rumah makan itu tutup, sama sekali tidak ada yang datang untuk melihat apalagi membeli," katanya.
Lani berharap, ada bantuan dari pemerintah terkait ancaman sepi selama libur lebaran tahun ini. Bantuan yang diharapkan mulai dari bantuan uang tunai hingga pemasaran oleh pemerintah.
Diakui Lani, pedagang batik di Sentra Batik Trusmi sulit bersaing dengan pedagang besar yang ada di Jalan Syekh Datul Kahfi.
"Lebaran tahun ini serasa kelam sekali. Mohon bantuan dari pemerintah, kami kan di sini dipindahkan oleh pemerintah, kalau memang sepi ya bagaimana," kata Lani.
Hingga berita dibuat, pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperdagin) Kabupaten Cirebon maupun Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon belum bisa dimintai keterangan.