Bisnis.com, SUBANG - Nelayan tradisional asal Kabupaten Subang gagal melaut sejak tiga hari terakhir. Pasalnya, kondisi cuaca saat ini sedang ekstrem. Sehingga, para pejuang bahari itu lebih memilih menggantungkan jaring ketimbang harus pergi melaut.
Darsono, 43, nelayan asal Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, mengatakan, cuaca saat ini sulit diprediksi. Bahkan, tiga hari terakhir cuaca cukup ekstrem. Menyebabkak nelayan kesulitan untuk melaut.
"Kami takut disapu angin kencang dan diterjang gelombang tinggi," ujarnya, Senin (15/3/2021).
Menurutnya, awal tahun memang menjadi momen bagi nelayan untuk menggantungkan jaring ikan. Pasalnya, kurun waktu Januari hingga akhir Maret, cuaca kerap tak bersahabat.
Selama itu pula, nelayan sering dilanda kegaulan. Sebab, saat cuaca buruk seperti saat ini nelayan kerap kali dilanda paceklik. Kalau sudah begini, maka dapur nelayan terancam berhenti ngebul.
"Semoga tahun ini, kami tak dilanda paceklik," ujarnya.
Wiryo, 29, nelayan asal Cirebon, mengatakan, dirinya biasa berangkat melaut malam hari. Namun jika cuaca buruk dan angin kencang ia bersama kawannya memilih berlabuh sementara. Seperti saat ini, perahu tradisional miliknya memilih bersandar di Desa Mayangan.
"Sudah tiga hari ini, perairan utara Jawa dilanda angin kencang. Jadi, terpaksa kami singgah dulu di Desa Mayangan," ujarnya.
Wiryo mengaku, penghasilannya dalam satu kali melaut bisa mencapai Rp2 sampai 3 juta. Penghasilan itu, dibagi 10 nelayan lainnya. Sehingga, dalam sehari penghasilam yang diterima nelayan ini, rata-rata Rp200.000-Rp300.000 per orang.
Tetapi saat ini, para nelayan menganggur.
Seperti, yang terlihat di lokasi Pantai Pondok Bali. Puluhan nelayan hanya pasrah menunggu cuaca membaik. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya mengisi waktu dengan memperbaiki jaring dan alat tangkap lainnya. (K60)