Bisnis.com, PURWAKARTA – Bendungan Ir Djuanda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, merupakan salah satu sumber air buatan terbesar di Indonesia yang multi fungsi.
Karena, selain menjadi pembangkit listrik tenaga air dan juga menjadi penyuplai air untuk kebutuhan pesawahan dan air baku ke wilayah hilir, waduk buatan dengan luas mencapai 8.300 hektare itu juga diciptakan sebagai tempat rekreasi, serta kawasan konservasi.
Sebagai pengelola waduk, PJT II Jatiluhur dituntut untuk melakukan langkah stategis guna memaksimalkan fungsi waduk itu sendiri. Termasuk, terus berupaya menjaga keseimbangan eksosistem dan kelestarian waduk tersebut.
General Manager Pariwisata PJT II Jatiluhur Dadan Hidayat menuturkan sejauh ini perusahaannya berkomitmen untuk menjaga kelestarian waduk Jatiluhur. Salah satu upaya perusahaanya, yakni bagaimana menjaga keseimbangan eksosistem di waduk Jatiluhur.
“Salah satu upaya yang telah kami lakukan, itu dengan merancang pengelolaan waduk yang produktif dan berkelanjutan, sekaligus upaya menjaga ekosistem di perairan Waduk Jatiluhur. Termasuk dari sisi kepariwisataannya,” ujar Dadan saat berbincang dengan Bisnis.com, di cafe & resto kawasan Lake View Istora Jatiluhur.
Dadan menjelaskan, pengelolaan waduk yang produktif dan berkelanjutan itu, misalnya dengan cara menebar benih ikan. Ini juga, merupakan bagian dari program Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya (Culture Based Fisheries) yang digagas beberapa tahun lalu. Sampai saat ini, kata dia, benih yang ditebar di Waduk Jatiluhur, sudah ada sekitar 2,5 juta ekor.
Menurut Dadan,program penebaran ini juga menjadi lapangan kerja alternatif baru bagi warga sekitar. Karena, mereka dipersilahkan memanen dan menangkap ikan tersebut jika ukurannya sudah memenuhi untuk dikonsumsi. Adapun jenis ikan yang ditanam di perairan lepas Jatiluhur, itu salah satunya jenis ikan bandeng air tawar.
“Ikan yang mereka tangkap, itu biasanya untuk konsumsi sendiri atau untuk dijual. Terkadang, mereka kesulitan harus menjual kemana. Nah, itu kami fasilitasi. Mereka bisa menjual ke kami, untuk kami buat menjadi menu makanan khas di café kami. Ini juga menunjang untuk kepariwisataan di kita,” jelas dia.
Selain dari program ikan tangkap, dalam upaya konservasi ini perusahaannya pun turut menggandeng masyarakat yang ada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Selain, diarahkan untuk menjaga kelestariannya, mereka pun turun dibina untuk lebih produktif.
“Untuk di sepanjang DAS Citarum, kita libatkan masyarakat untuk menanam pohon keras yang produktif. Semisal pohon kopi. Bibitnya kita bantu. Nah dari hasil kopi mereka, itu kita tampung juga. Jadi mereka bisa jual ke kita, untuk kita pasarkan lagi menjadi sajian kopi di café kami,” tambah dia.
Kopi ini, kata dia, dinamai kopi Tarum. Untuk jenisnya, itu jenis kopi arabika. Sampai saat ini, sudah ada beberapa titik DAS Citarum yang masyarakatnya telah mengembangkan. Salah satunya, di wilayah hulu sungai, yakni di Kabupaten Bandung.
Dadan menambahkan, dengan konsep seperti ini dipastikan ekosistem Jatiluhur bisa tetap terjaga. Karena, dalam hal ini turut melibatkan masyarakat dalam menjaganya. Di sisi lain, masyarakat juga bisa merasakan keuntungannya.
Bisnis Indonesia kembali menghadirkan tim Jelajah Metropolitan Rebana yang akan mengupas peluang dan tantangan investasi di wilayah Sumedang, Majalengka, Subang, dan Purwakarta.
Program berkala ini disponsori oleh PT Pos Indonesia (Persero), Astra Isuzu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Diskominfo Jabar, PT Migas Hulu Jabar, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Jabar, PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, JNE, dan eFishery.
(K60)