Bisnis.com, PURWAKARTA – Pemkab Purwakarta pada 2019 lalu menyulap lahan milik pemerintah seluas 6 hektare di Desa Parakan Garokgek, Kecamatan Kiarapedes untuk dijadikan pusat penelitian dan pengembangan produk pertanian, perkebunan dan hortikultura. Kebon Ambu, begitulah lokasi tersebut diberi nama.
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika, mengklaim, setiap tahun pemerintah melalui Dinas Pangan dan pertanian setempat terus berinovasi untuk mengembangkan produk perkebunan ataupun holtikultura yang belum pernah ditanam di wilayah ini. Adapun Kebon Ambu sendiri, saat ini menjadi pusat penelitiannya.
“Kami memang telah menyiapkan kebon Ambu, sebagai pusat penelitian dan pengembangan (Litbang) produk tanaman pangan,” ujar Anne kepada Bisnis.com, Senin (21/12/2020).
Selain Litbang tanaman pangan, sambung dia, juga diarahkan menjadi kawasan wisata edukasi yang bernuansa perkebunan. Saat ini, di kawasan tersebut telah ditanami beragam produk tanaman pangan. Sebut saja di antaranya, beragam produk buah-buahan, semisal Manggis. kemudian, zona perkebunan kopi, komoditas cabai dan jenis tanaman holtikultura lainnya.
“Di lokasi ini ada beberapa zona. Termasuk ada zona urban farming yang juga bisa digunakan sebagai lokasi swafoto,” jelas dia.
Belum lama ini, pihaknya pun telah melakukan pengembangan bawang merah di lokasi ini. Bawah merah yang dikembangkan, yakni yang benihnya tak lagi menggunakan umbi, melainkan jenis benih biji atau true shallot siid.
Untuk pengembangan bawang merah lebih lanjut, kata dia, pihaknya telah menyiapkan lahan seluas 30 hektare yang lokasinya di sekitar Kecamatan Bojong. Menurut Anne, lahan tersebut kedepan akan disulap menjadi sentra perkebunan bawang merah di wilayannya.
Salah satu keunggulan dari menanam bawang merah dengan menggunakan biji, yakni bisa menekan biaya produksi dan meminimalisasi pemakaian umbi bibit untuk perkebunan bawangnya. Selain itu, dengan teknik tanam biji, salah satunya bisa menghemat biaya produksi. Di sisi lain, bisa meningkatkan produktifitasnya.
“Melalui dinas terkait, kami akan terus mendorong para petani supaya berinovasi. Mengingat, di wilayah kita juga cukup potensial untuk pengembangannya (bawang). Minimalnya, bisa menutupi kebutuhan lokal,” tambah dia.
Anne menambahkan, sebenarnya sebagian besar wilayahnya sangat potensial untuk pengembangan beragam jenis produk pertanian dan perkebunan. Banyaknya potensi ini, juga dipengaruhi oleh faktor heterogenitas agro klimat.
“Purwakarta, itu memiliki karakter tanah dan iklim yang sangat mendukung untuk cocok tanam. Jadi, mau menanam apa pun selalu tumbuh subur. Selain iklimnya cocok dan ketersediaan lahan yang memadai, hal itu juga didukung dengan adanya produsen benih sayur unggulan yang bisa bermitra dengan masyarakat,” jelas dia.
Alasan lain dirinya ingin mendorong pengembangan produk perkebunan, karena sampai saat ini pasokan kebutuhan sayuran untuk wilayahnya masih mengandalkan dari kabupaten tetangga.
“Pasokan sayuran produksi petani di kita cendrung masih sedikit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedepan, harapan kami Purwakarta bisa mandiri supaya tidak mengandalkan sayuran di luar daerah,” pungkasnya.