Bisnis.com, BANDUNG - PT Hariff Daya Tunggal Engineering (DTE) menghadirkan inovasi teknologi yang diproyeksikan menjadi solusi untuk permasalahan sampah yang kerap mendera kota-kota besar di Indonesia.
Adalah mesin penghancur sampah bernama Antana, inovasi yang dibidani langsung oleh Direktur Utama PT Hariff DTE, Budi Permana ini digadang-gadang mampu menghancurkan segala jenis sampah 8 hingga 9 ton sampah per hari hanya dengan energi listik 15 kwh saja.
Budi menyebut, inovasi ini lahir dari kegelisahannya yang melihat rumitnya penanganan sampah di pelbagai kota-kota besar hingga menjadi masalah menahun.
Namun, akhirnya melalui proses panjang, akhirnya mesin penghancur sampah bernama Antana ini lahir dari pemikiran dan kerja keras orang asli Kota Bandung.
"Akhir Desember kita ciptakan mesin ini, asli buatan orang-orang sini," kata Budi kepada Bisnis, di Kantornya, Kamis (15/10/2020).
Antana sendiri kata Budi di ambil dari bahasa Sunda, yang artinya Penghancur.
Yang menarik, Budi menjelaskan, Antana ini mampu beroperasi menghancurkan sampah dengan biaya operasional yang rendah. Output atau limbah yang dikeluarkan dari hasil penghancuran sampah ini juga berupa debu yang bisa dimanfaatkan untuk membuat batu bata.
"Tapi itu sangat sedikit, hanya 4-5 persen dari total sampah yang dihancurkan," kata Budi.
Budi memastikan, Antana pun sudah mendapat sertifikat kelaikan yang dikeluarkan oleh Sucofindo. Sehingga aman digunakan dan tidak akan berbahaya untuk lingkungan.
"Di bawah ambang batas yang telah ditetapkan, jadi kita berani pasarkan," kata dia.
Selain itu, menurut Budi, panas yang dihasilkan untuk menghancurkan sampah ini juga lebih unggul dari pada mesin penghancur sampah terdahulu yang masih menggunakan gas dan oil.
Jika dengan menggunakan bahan baku gas dan oil hanya bisa menghasilkan panas maksimal 1.000 derajat celcius, maka Antana yang hanya menggunakan energi listrik 15 kwh ini bisa menghasilkan panas maksimal 2.000 derajat celcius.
"Kita menggunakan bahan baku dari sampah itu sendiri, jadi tidak membutuhkan energi gas seperti mesin penghancur sampah terdahulu," jelasnya.
Lalu, untuk tempat yang dibutuhkan untuk operasionalisasi mesin Antana ini disebutnya relatif lebih minim. Jika biasanya membutuhkan lahan hingga 8.000 meter, maka Antana bisa beroperasi di lahan minim seluas 100 meter persegi saja.
"Untuk tempat disana butuh hingga 8.000 m, tapi disini 100 meter saja per mesin," jelasnya.
Dari segi biaya operasional, Antana ini juga disebut bisa menghemat anggaran hingga 95 persen.
"Salah satu yang saya ketahui, ada penghancur sampah medis di Cikarang, itu mereka mengeluarkan biaya operasional hingga Rp3 miliar per tahun dengan kapasitas 8-9 ton per hari, kalau pakai Antana cuma Rp150 juta per tahun," jelasnya.
Ia meyakini, produk inovasinya ini, bisa menjadi solusi untuk mengatasi sampah di perkotaan besar, salah satunya adalah di DKI Jakarta.
Dan benar saja, ia menyebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memesan empat mesin Antana untuk menghancurkan sampah-sampah yang ada di Bantar Gebang.
"Mereka tadinya memesan 10 Unit, tapi kita kan kirim terlebih dahulu empat unit," ungkapnya.
Sementara itu, saat disinggung apakah Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau Pemerintah Kota Bandung pernah berminat dengan mesin buatannya, Budi menjawab hingga saat ini belum ada langkah serius dari pemerintah dimana peusahaannya ini berada.
Namun ia membuka peluang kolaborasi untuk memanfaatkan mesin Antana dalam mengatasi permasalahan sampah di Jawa Barat secara umum dan Kota Bandung khususnya.
"Kita terbuka, dan sangat senang jika itu terjadi," jelasnya. (K34)