Bisnis.com, BANDUNG - Presiden Joko Widodo menyaksikan langsung pelaksanaan uji klinis kandidat vaksin Covid-19 kepada 19 relawan di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jalan Eyckman, Kota Bandung, Selasa (11/8/2020).
Jokowi sapaan akrabnya didampingi Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, Menteri BUMN Erick Thohir dan Kelapa BNPB, Doni Monardo serta rombongan lainnya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Peneliti Uji Klinis vaksin Covid-19, dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil.
Menurut Kusnandi, hari ini mulanya ada 21 relawan yang dijadwalkan disuntik kandidat Vaksin Covid-19. Hanya saja, dua orang tidak hadir pada hari ini.
"Sudah, tadi 19 sesuai dengan swab kemarin, kemarin kan 21 diswab, tapi yang datang 19, mungkin yang tadi satu kurang sehat," ujar Kusnandi, saat ditemui di sekitar RSP Unpad.
Setelah mendapat suntikan pertama, kata dia, 14 hari kemudian 19 relawan itu harus kembali datang ke RSP untuk mendapat suntikan kedua. Setelah dua kali disuntik, kata dia, baru enam bulan kemudian dicek lagi.
"Jadi habis dua kali suntik diambil darah, terus akhirnya diperiksa lagi darahnya," katanya.
Menurut Kusnandi, pada uji klinis tahap tiga ini kemungkinan para relawan akan mengalami dua efek samping yakni efek lokal dan sistemik.
"Kalau lokal bengkak, berapa besar bengkaknya, nanti kita lihat, kalau sistemik, panas, berapa panasnya, jadi gitu, mereka semua lapor," ucapnya.
Lebih jauh, Kusnandi memastikan dalam uji klinis ini tidak ada istilah gagal lantaran uji klinis ini sudah masuk tahap tiga.
"Diduga selama ini gak ada efek samping nya, kan ini yang ketiga, kalau banyak efek sampingnya dari dulu sudah tidak bisa lagi, sekarang ketiga," katanya.
Selain di Indonesia, kata dia, ada sejumlah negara lain seperti India, Brazil, Bangladesh dan Turki yang sama-sama mengembangkan vaksin Covid-19 ini. Lagi pula, menurut dia yang menentukan gagal atau tidaknya vaksin itu WHO.
"Tidak ada orang yang bisa ngomong ini gagal, yang bisa cuma WHO, karena kalau vaksin itu komitmen global, karena akan diberikan kepada semua orang, jadi yang bertanggung jawab adalah WHO, makanya di beberapa tempat," ucapnya. (k34)