Bisnis.com, BANDUNG — PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (Bank BJB) mencatat kinerja positif di tengah kelesuan aktivitas ekonomi selama pandemi Covid-19 mewabah di Tanah Air.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank BJB, Widi Hartoto menuturkan situasi pandemi yang masih terjadi memaksa perbankan lebih jeli dan hati-hati dalam menyusun strategi agar dapat terus bertumbuh.
Untuk mengantisipasi risiko dan memaksimalkan peluang ekspansi, bank bjb telah menyiapkan serangkaian opsi strategi ekspansi untuk digunakan dalam berbagai situasi, tak terkecuali menghadapi berbagai skenario situasi perkembangan pandemi di era new normal.
“Menghadapi new normal tersebut, Bank BJB akan memanfaatkan lebih optimal layanan perbankan elektronik dan digital yang dimiliki perusahaan baik untuk nasabah personal maupun institusional,” katanya dalam rilis kepada Bisnis, Senin (15/6/2020).
Beberapa waktu terakhir, BJB memang tengah getol-getolnya melahirkan beragam inovasi digital untuk memperkuat layanan usahanya. Dari mulai penyegaran tampilan dan layanan rumah aplikasi BJB DIGI, ekspansi kerja sama layanan E-Samsat hingga pematangan model pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Dari segi produk, BJB akan memanfaatkan ruang untuk menyokong geliat perdagangan yang diprediksi menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling cepat rebound setelah badai dampak sosial corona mereda. Penyaluran kredit terhadap UMKM menjadi strategi.
“Langkah penyaluran pembiayaan ini disertai juga dengan pendampingan untuk menjaga performa bisnis UMKM yang berpengaruh terhadap kualitas kredit,” tuturnya.
Beriringan dengan itu, proses merger Bank BJB dengan Bank Banten juga terus dijalankan. Saat ini, kedua belah pihak tengah melakukan proses due diligence secara cermat dan prudent. Aksi korporasi penggabungan usaha ini juga bakal membuka peluang ekspansi pasar bagi perusahaan ke depan. Pasar jasa keuangan di Provinsi Banten yang selama ini belum tergarap maksimal bisa dieksploitasi perseroan.
Para ASN di Provinsi Banten bisa memperkuat positioning bank BJB dalam penyaluran kredit konsumer yang menjadi ujung tombak perseroan. Sektor infrastruktur juga sangat terbuka untuk digarap. Bank BJB akan diuntungkan karena sudah punya ikatan dengan pemerintah. Selain itu, geliat UMKM di Banten juga potensial digarap secara lebih maksimal.
Widi sendiri menuturkan indikator pertumbuhan perusahaan BJB saat ini tercermin dari naiknya angka kredit. Berdasarkan catatan perseroan, bank berkode emiten BJBR ini sanggup menorehkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9,7 persen hingga April 2020.
Pertumbuhan ini bisa diperoleh berkat terjaganya aliran kredit konsumer yang mendominasi postur kredit perseroan. Kredit konsumer yang menjadi captive market bank BJB menguasai sebesar 70 persen porsi kredit yang disalurkan perusahaan.
"Pertumbuhan ini didorong oleh terjaganya kualitas penyaluran kredit konsumer. Fakta bahwa profil captive market kredit konsumer yang didominasi para aparatur sipil negara (ASN) membuat BJB semakin di atas angin. Seperti diketahui, kredit berbasis penghasilan tetap merupakan salah satu kelompok yang paling kuat dan tahan terhadap ancaman krisis ekonomi selama Covid-19," kata Widi.
Walau tumbuh, bank BJB tidak terlepas dari pengaruh terpaan Covid-19. Pengaruh ini menampak pada terhambatnya arus pembayaran kredit. Rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang dicatat bank BJB sampai dengan Maret 2020 sebesar 1,65 persen. Kendati meningkat tipis, bank BJB diprediksi dapat tetap menjaga kualitas penyaluran kredit di atas rata-rata.
“Berdasarkan catatan historis, catatan NPL BJB selalu berada di bawah rata-rata perbankan nasional. Sejak 2017, bank bjb juga selalu mencatatkan rasio kredit macet di bawah 1,6%,” katanya.
Di luar kredit, BJB berhasil mencatatkan raihan laba bersih sebesar Rp418 miliar hingga Triwulan I 2020. Capaian positif tersebut diikuti penambahan nilai aset yang tercatat sebesar Rp123 triliun atau tumbuh sebesar 4,5 persen year on year (y-o-y). Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perseroan bertumbuh sebesar 4 persen y-o-y menjadi sebesar Rp93,8 triliun.
Sementara itu berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui bahwa pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Barat menyentuh angka 5,48 persen y-o-y, aset bertumbuh 6,56 persen, serta DPK tumbuh 10,4 persen pada Triwulan I 2020. Namun seiring dengan itu, profil risiko kredit perbankan di jabar juga naik menjadi 3,03 persen dari 3,02 persen pada akhir 2019.
Dengan serangkaian kinerja dan potensi yang terpetakan, Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi juga memprediksi kinerja baik yang telah dicapai BJB akan terjaga.
Kinerja yang diperlihatkan BJB sepanjang 2019 menjadi cerminannya. Dia memandang, bank BJB punya kecakapan yang telah teruji dalam menghadapi beragam situasi pelik. Termasuk pada tahun 2019 saat ekonomi dunia dilanda kelesuan.