Bisnis.com, BANDUNG – Di Indonesia, ada beberapa kasus tenaga medis dan dokter yang terinfeksi Covid-19 saat bertugas meskipun mereka telah dilengkapi APD yang sesuai dengan prosedur pemakaian yang baik.
Tim peneliti ITB yang diketuai oleh Renni Suhardi menganalisis kemungkinan paparan terjadi dari pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan, baik saat berinteraksi dengan pasien maupun saat berganti APD.
APD yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu sekali pakai (disposable) dan pakai ulang (reusable). Dari dua jenis APD tersebut, Tim ITB mengembangkan perangkat untuk disinfeksi APD pakai ulang dan pretreatment APD sekali pakai.
Perangkat disinfeksi dan pretreatment menggunakan gas ozon sebagai disinfektan. Renni mengatakan, alat yang diusulkan akan dibuat menjadi dua jenis sesuai tujuannya, yaitu kabut ozon (ozone mist) untuk APD pakai ulang, misalnya baju hazard, face shield dan kacamata safety setelah digunakan.
Sedangkan, gas ozon digunakan untuk pretreatment APD sekali pakai, misalnya masker dan sarung tangan sebelum dibuang.
“Keduanya menjadi alat yang efektif karena dapat membunuh virus dalam waktu hitungan mulai dari tujuh atau sepuluh detik sesuai kajiannya dalam disinfeksi mikroorganisme,” ujar Renni, Selasa (12/5/2020) melalui keterangan resminya.
Renni menjelaskan, alat berbasis ozon sebagai disinfektan ini tidak terjadi kontak langsung dengan manusia karena hanya memerlukan APD dan pakaiannya saja yang disimpan di kontainer yang tertutup rapat.
Pertimbangan pemilihan ozon karena dengan konsentrasi yang tepat, maka aman untuk digunakan. Selain itu, ozon tidak meninggalkan residu karena ozon akan ditransformasikan kembali menjadi oksigen dan tidak ada bahan habis yang harus dibeli selama pemakaian. Kini, alat tersebut sudah dalam tahap prototipe dan siap diluncurkan untuk produksi massal.
“Harapannya, alat kontainer pembersih dan sterilisasi APD ini menjadi alternatif solusi penyelesaian masalah perlindungan tenaga medis dan manajemen rumah sakit,” katanya.