Bisnis.com, BANDUNG - Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang memiliki risiko bencana alam yang cukup tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Gelologi mencatat setidaknya di tahun 2019 terjadi 200 hingga 300 kali bencana longsor.
Menurut hasil mitigasi PVMBG, memang menempatkan Jawa Barat sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat bencana alam longsor yang cukup tinggi.
Bahkan, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto menyebut, potensi bencana longsor di Jawa Barat cenderung meningkat setiap tahunnya.
"Kalau bicara jumlah kejadian berfluktuasi, relatif sama. Kalau ada peningkatan tidak drastis. Hanya lokasinya berpindah, jumlah relatif tetap. Lokasinya (rawan longsor) relatif mengalami penambahan," ujar Agus saat dihubungi, Senin (10/2/2020).
Agus menuturkan, pada siklus musim hujan yang terjadi pada Desember hingga Februari ini meningkatkan risiko longsor di Jawa Barat. Terlebih, curah hujan mengguyur sejumlah daerah di Jawa Barat cukup tinggi.
Sebaran peta potensi bencana longsor pun hampir merata di Jawa Barat, mulai dari Bogor dan hampir semua wilayah di Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya dan Sumedang.
"Garut juga di sepanjang jalur yang ke arah pantai selatan, hampir meliputi semua wilayah tengah ke selatan," katanya.
Dampaknya, bencana longsor bisa menelan korban jiwa cukup besar. Pasalnya, longsor seringkali menimpa pemukiman di daerah-daerah yang berada di lereng bukit atau gunung.
Bahkan, Jawa Barat tercatat menjadi salah satu daerah penyumbang korban longsor terbanyak di Indonesia.
"Dominan itu sumbernya dari Jawa Barat, jadi kalau lihat catatan, kami ambil global tertinggi di Jabar dan Jateng dan Jawa timur, dari jumlah penduduknya tinggi dan pemanfaatan lahannya juga tinggi," ucapnya. (K34)
