Bisnis.com, BANDUNG-- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) ditunjuk oleh Kementerian Riset Teknologi menjadi koordinator tiga rencana strategis di bidang nuklir.
Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan mengatakan tiga proyek strategis tersebut merupakan rencana lima tahun yang diembankan kepada pihaknya, yakni pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka. Keduanya dikembangkan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kedokteran.
"Target kita membuat prototipe radioisotop yang akan di pabrikasi, kerjasama dengan PT Inuki, Kalau Radiofarmaka akan kerjasama dengan biofarma, dan dikomersilkan oleh mitra BATAN nanti," jelas Anhar, di Bandung, Selasa (28/1/2020).
Radioisotop dan Radiofarmaka ini menurutnya dikembangkan dengan memproduksi Teknisium-99. Dengan dikembangkannya Teknisium-99 ini diklaim Anhar akan mampu memenuhi kebutuhan pengobatan seperti pengobatan kanker yang saat ini banyak dicari.
Bahkan, sebelumnya Indonesia mampu mengekspor Teknisium-99 ke sejumlah negara. Sehingga dengan pembaruan pengembangan Teknisium-99 ini akan semakin meningkatkan produksinya.
"Dalam tiga tahun ditargetkan ujicoba produksi (Teknisium-99)," jelas Anhar.
Selanjutnya, rencana strategis kedua yang akan dilakukan BATAN yakni pembuatan prototipe sistem pemantauan keamanan radiasi (PMR) di lingkungan. Dengan pengembangan ini ia mengklaim keamanan negara dari ancaman nuklir akan terjamin.
Ia menyebut dengan penerapan sistem PMR ini akan memungkinkan pendeteksian dini jika lingkungan di Indonesia baik udara maupun darat dari ancaman nuklir.
"Misal ada produk radioaktif di langit atau tidak nanti terdeteksi kalau kandungan radio aktif meningkat di suatu lingkungan," jelas Anhar.
Tidak hanya itu, BATAN juga membuat portal monitor radiasi yang akan di pasang di pelabuhan-pelabuhan. Nantinya portal tersebut bisa mendeteksi barang-barang impor yang datang.
"Kalau lewat di alat PMR akan terdeteksi barang yang dikirim apaaa, di Indonesia beberapa sudah dipasang alat ini, tapi kan pelabuhan banyak, nanti akan terpasang," jelas dia.
Proyek strategis yang ketiga yakni pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Rencananya, pihaknya akan melakukan feasibility study (FS) di daerah Kalimantan Barat selama 2-3 tahun kedepan.
FS tersebut akan mencakup studi lokasi, lingkungan, teknologi, dan juga secara ekonomi sehingga bisa membangun PLTN di lokasi yang tepat.
Selanjutnya pihaknya pun diminta untuk menyiapkan Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang tenologi nuklir.
"Sebetulnya sudah sejak lama di Indonesia ada sarjana sains terapan yang mengenal Nuklir. Namun karena belum ada PLTN ,jadi mereka tersebar," pungkas Anhar. (K34)