Bisnis.com,BANDUNG—Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat tengah menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara khususnya dengan menawarkan konsep wisata sejarah jalur kereta api.
Lewat event 'Smiling West Java Historical Railway Tour' yang berlangsung pada 21-22 Agustus 2019 mendatang Disparbud ingin mempopulerkan wisata baru. Event ini merupakan rangkaian peringatan HUT Provinsi Jabar ke 74.
Kepala Disparbud Jabar Dedi Taufik mengatakan tur ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah khususnya di bidang perkeretaapian. Mengingat, perkembangan kereta api di Indonesia tak lepas dari kolonialisme.
Menurutnya pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur dan mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda. Bahkan, hingga saat ini jalur, hingga stasiun peninggalan pemerintahan Belanda masih berfungsi.
"Kita ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi saja tapi juga destinasi wisata ke depannya," kata Dedi saat dihubungi, Rabu (13/8/2019).
‘Smilling West Java Historical Railway Tour' menjadi cara menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian. “Terutama jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur,” katanya.
Dia mencontohkan gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor. Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk jenderal Belanda.
"Kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido (perbatasan Bogor-Sukabumi) dan Cisaat terdapat kuburan tentara ex Nazi," tuturnya.
Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan. Di sana, pejabata yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.
"Tujuan akhir tur ini kita ingin mengungkap bahwa keretapi yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," ucap dia.
Dedi mengaku saat ini wisatawan mancanegara masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang dan Tiongkok. Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang.
Jumlah tersebut meningkat meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.
Melihat itu, Dedi mendorong agar wisata sejarah jalur kereta api ke depannya menjadi daya tarik baru bagi turis asing khususnya Eropa. Ia yakin wisata sejarah dan alam itu akan diminati pelancong negara-negara Eropa seperti Belanda, Jerman dan Inggris.
Pihaknya akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut. Sehingga, ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Ke depannya tentu kita siap dibuka untuk umum. Karena kita mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," pungkasnya.