Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ridwan Kamil Ingin Industri Genting Bangkit Kembali, Ini Strateginya

Produk keramik Majalengka. Bisnis.com/ Wisnu Wage
Produk keramik Majalengka. Bisnis.com/ Wisnu Wage
 
 
Bisnis.com, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendorong perajin tanah liat di Jatiwangi, Majalengka, untuk membangkitkan kembali industri keramik dengan melirik terakota sebagai jenis komoditas tanah liat yang dapat dikembangkan.
 
Industri genting Jatiwangi Kabupaten Majalengka pernah berjaya pada medio tahun 1990-an sampai 2000. 
 
Namun, kehadiran produk serupa yang lebih praktis, seperti asbes dan genting spandex, membuat pamor industri genting Jatiwangi menurun.
 
Industri genting Jatiwangi dipelopori oleh H. Umar Bin Ma'ruf untuk atap masjid di Dusun Cikarokrok, Kabupaten Majalengka, pada 1905. 
 
Dari situ, genting Jatiwangi terus menanjak, bahkan menjadi buah tangan dan bagian penting pembangunan kota- kota di Indonesia.
 
"Jatiwangi Majalengka punya sejarah panjang di mana kebudayaannya memaksimalkan anugerah Tuhan yang ada, yaitu tanah liat. Dalam perjalanannya ini jadi identitas dan tak boleh berubah," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat memberi sambutan dalam acara Indonesia Contemporary Ceramics Biennale (ICCB) di Jebor Hall, Jatiwangi Art Factory, Kamis (27/6/2019).
 
Emil –demikian Ridwan Kamil disapa—mengatakan bahwa perajin Jatiwangi harus berinovasi membuat produk dari bahan tanah liat. Dia menyebut Terakota sebagai jawaban atas lesunya industri genting. 
 
Terakota, lanjut dia, bernilai seni dan dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan tanah liat.
 
Jika pelaku usaha genting mau berinovasi dengan memproduksi terakota, kata Emil, perajin Jatiwangi dapat kembali berjaya. 
 
Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat siap mendorong dengan mencari peluang kerja sama dengan berbagai pihak agar Terakota Jatiwangi melejit.
 
"Budaya tanahnya tidak boleh berubah, tapi produknya harus bisa menyesuaikan diri," katanya.
 
Terakota atau produk keramik dengan bahan tanah liat ini penggunaannya termasuk di antaranya untuk bentuk permukaan yang mendukung konstruksi bangunan pada sebuah desain arsitektur.
 
Bak permata yang perlu digosok, Emil memandang terakota sebagai komoditas potensial baik dalam seni juga ekonomi. 
 
Oleh karena itu, dia mengajak para perajin tanah liat serta unsur Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk kembali bersemangat menggali desain terakota yang responsif pada lingkungan, kebutuhan, dan kemajuan zaman.
 
"Majalengka permata yang tersembunyi, semakin saya ubek- ubek- semakin saya cinta," ucapnya.
 
"Maka saya menitipkan ke Pemerintah Kabupaten Majalengka agar mentransformasikan para pelaku industri genting, menjadi terakota non-genting, juga macam lainnya," katanya.
 
Emil memberi waktu enam bulan kepada Kabupaten Majalengka untuk membuat etalase Terakota. 
 
Sehingga, nantinya para pengusaha atau peminat terakota dapat memilih model, bentuk, dan fungsi terakota yang dibutuhkan sekaligus diminati.
 
"Ide, gagasan yang inovatif diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi para perajin," tutupnya.
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper