Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk mainan anak-anak Ozco. - Ozco
Produk mainan anak-anak Ozco. - Ozco

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai ekspor industri mainan anak-anak pada 2018 mencapai US$319,93 juta. Angka ini naik sebesar 5,79% dibandingkan perolehan pada tahun sebelumnya yang senilai US$302,42 juta.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, data ini menunjukkan bahwa industri mainan nasional telah menunjukkan daya saingnya di kancah global, sekaligus membuktikan Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk produk mainan unggulan.

"Untuk itu kami terus memacu pengembangan industri mainan di dalam negeri," kata dia dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (22/4/2019). Industri mainan termasuk ke dalam sektor padat karya yang berorientasi ekspor.

Pada 2017 lalu, nilai investasi industri mainan di Indonesia mencapai Rp410 miliar dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 23.116 orang. Produk unggulan di sektor ini antara lain mainan boneka dan mobil.

Airlangga menyontohkan PT Mattel Indonesia, produsen boneka merek Barbie Indonesia. Nilai ekspor perusahaan tersebut dalam lima tahun terakhir mencapai di atas US$150 juta per tahun.

Perusahaan ini memasok 60% produknya ke seluruh pasar global dan mengungguli produksi China. “Jadi, enam dari 10 boneka yang beredar di dunia itu berasal dari Indonesia, dibuat dengan tangan-tangan terampil anak bangsa kita,” ujarnya.

Menariknya lagi, Indonesia memiliki pabrik mobil dengan kapasitas produksi yang cukup besar mencapai 50 juta unit per tahun. Pabrik Hot Wheels di Cikarang milik PT Mattel Indonesia adalah industri mobil mini yang kapasitasnya lebih besar 50 kali dari industri otomotif nasional.

Dalam upaya memacu daya saing industri mainan nasional, pemerintah telah berupaya melindungi produk dan pasar dalam negeri serta menghindari gempuran produk impor yang tidak berkualitas melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Selain itu, pemberlakuan SNI memberikan jaminan terhadap produk yang masuk ke pasar domestik merupakan yang berkualitas dan aman bagi konsumen serta menembus pasar ekspor. “Standar produk merupakan technical barrier yang dapat diterima oleh seluruh negara, karena memberikan efek positif, antara lain menjamin keamanan, keselamatan dan kualitas produk,” imbuhnya.

Ketua Asosiasi Mainan Anak (AMI) Sutjiadi Lukas memprediksikan, industri mainan dalam negeri pada tahun 2019 dapat tumbuh sebesar 10% secara year-on-year (yoy). Apalagi, potensi bisnis mainan di Tanah Air cukup prospektif.

Sebab, Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di kawasan ASEAN. “Dengan angka kelahiran rata-rata 4,5 juta jiwa per tahun, Indonesia dapat menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara,” kata dia.

Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, AMI pun menggenjot industri mainan nasional agar semakin agresif mempeluas pasar ekspor. Tutupnya beberapa pabrik mainan di Vietnam membuat peluang industri mainan di Indonesia kelimpahan pesanan.

Guna menggairahkan bisnis mainan di dalam negeri, Indonesia membutuhkan investasi baru. Salah satu strateginya, AMI akan menyelenggarakan kembali pameran yang diikuti 6 negara pada 18-20 Juni 2019 di JIExpo. Dalam pameran ini bakal ditampilkan teknologi produksi mainan terbaru.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper