Bisnis.com, BANDUNG — Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari pengusaha Jawa Barat berpotensi mampu mengatrol rupiah. Seberapa besar kah potensinya?.
Pengamat Ekonomi asal Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi mengatakan, mengacu pada data kondisi ekspor di kuartal dua, setidaknya jika pengusaha di Jawa Barat mau untuk mengkonversikan devisanya ke rupiah, akan mampu menyerap DHE sebesar USD 8 miliar.
“Jabar kalau mau mengkonversi dari data kuartal ke dua potensinya bisa USD 8 -10 miliar dolar,” kata Acuviarta kepada Bisnis, di Bandung, Kamis (6/8).
Hal tersebut kata dia cukup besar untuk mengatrol kondisi rupiah yang saat ini ditutup di angka Rp 14.900.
Meski demikian, Acuviarta menilai hal tersebut tidak mudah. Pasalnya, kebanyakan pengusaha Jawa Barat yang mengekspor produknya ke luar negeri, memenuhi kebutuhan kontennya dari luar negeri, atau dengan kata lain tetap melakukan impor. Sehingga, disaat yang sama para pengusaha yang memiliki DHE harus bertaruh saat melakukan konversi devisanya ke rupiah saat kondisi rupiah tidak stabil.
“Barang baku dan barang modalnya menggunakan impor sehingga terkendala stabilitas nilai tukar ini, pengusahanya juga sulit menukarkannya kedalam rupiah karena mereka juga beli dalam dolar,” kata dia.
Sektor industri yang cukup besar di Jawa Barat yakni Industri mesin logam dimana didalamnya ada juga industri kendaraan bermotor baik roda dua dan empat, Tekstil Produk Tekstil (TPT), elektronik dan industri kimia.
“Nah keempat industri itu rata-rata impor kontennya tinggi, sehingga DHE nya besar, kemudian tapi terkendala ongkos,” kata dia.
Meski demikian, masih ada produk ekspor Jawa Barat yang memungkinkan DHE nya di cairkan kedalam rupiah. Seperti pada industri perkebunan yang memproduksi kopi, teh dan rempah-rempah yang juga besar di Jawa Barat.
“Yang semacam itu bisa, kan industri yang bisa mendorong DHE itu dicairkan kedalam rupiah itu adalah industri yang bisnisnya dalam rupiah tapi pendapatannya dalam dolar,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat, Agung Suryamal mengatakan, pihaknya sudah mengajak para pengusaha di Jawa Barat terutama yang mengekspor produknya ke luar negeri untuk menukar DHE nya ke rupiah.
“Saya harapkan pengusaha dari hasil ekspor ini kalau bisa ditarik ke Indonesia, ditukar ke rupiah untuk memperkuat nilai rupiah kita,” katanya saati dihubungi terpisah oleh Bisnis.
Menurutnya, dengan mengkonversi DHE menjadi rupiah mampu mendorong penguatan rupiah yang saat ini anjlok hingga Rp 14.900.
“Bisa membantu pemerintah yang saat ini posisinya ekonomi kita agak slow down kemudian dari sisi mata uang kita lagi menurun, tentunya ini harus ada partisipasi dari semua komponen masyarakat terutama pengusaha,” kata dia.
Sebelumnya perkembangan nilai ekspor Provinsi Jawa Barat pada Juli 2018 menggambarkan peningkatan yang tajam dengan mencapai nilai USD 2,78 miliar, atau mengalami lonjakan hingga 55,80 persen dibanding Juni 2018 yang hanya mencapai USD 1,78 miliar.
"Ekspor non migas pada Juli 2018 mencapai USD 2,77 miliar naik 58.72 persen dibanding periode Juni 2018 yang mencapai USD 1,75 miliar. Sedangkan ekspormigas turun drastis yaitu USD 33,85 juta menjadi hanya USD 1,69 juta atau terjadi penurunan hingga 95.01 persen," Kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Doddy Erlando, di Kantor BPS Jabar, Kota Bandung, Senin (3/9) lalu.
Secara year-on-year (rentang Juli 2017 terhadap Juli 2018), nilai ekspor non migas mencapai titik terendahnya pada Juni 2018 senilai USD 1,75 miliar, sedangakan yang tertinggi tercatat pada Mei 2018 dengan nilai USD 2,79 miliar. Sementara itu nilai ekspor migas terendah sebesar USD 1,69 juta terjadi pada Juli 2018 dan yang tertinggi pada Juni 2018 sebesar USD 33,85 juta.
Dibanding sebelumnya, nilai ekspor 10 golongan barang utama Juli 2018 seluruhnya mengalami peningkatan sebesar 37 hingga 92 persen dengan total senilai USD 2,03 miliar dari sebelumnya USD 1,30 miliar.
"Tiga kelompok yang mengalami peningkatan yang signifikan adalah Kendaraan dan Bagiannya (92,36 persen), kemudian plastik dan barang dari plastik (74,19 persen), serta karet dan barang dari karet (68,34 persen)," kata Doddy.
Sementara itu, pangsa pasar ekspor non migas Jawa Barat pada Juli 2018 masih dikuasai Amerika Serikat, Jepang dan Thailand masing-masing sebesar USD 453,74 juta, USD 266,49 juta dan USD 216,53 juta denan peranan ketiganya mencapai 33,76 persen.
Kemudian, untuk volume ekspor Jawa Barat pada Juli 2018 mencapai 0,70 juta ton atau naik 37,06 persen dibanding Juni 2018 yang mencapai 0,51 juta ton, peningkatan ditopanmg volune ekspor non migas yang naik sekitar 57,54 persen, sedangkan volume ekspor migas turun 98,79 persen.
Devisa Pengusaha Jabar Dapat Katrol Rupiah, Asalkan...
Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari pengusaha Jawa Barat berpotensi mampu mengatrol rupiah. Seberapa besar kah potensinya?.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Yanto Rachmat Iskandar
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
9 menit yang lalu
Hasil Nyata Ekosistem Pembiayaan Peternak Domba dari OJK
2 hari yang lalu