Bisnis.com, BANDUNG- PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI membesut produk perangkat navigasi . Capaian itu membuat perseroan sebagai pionir produsen navigasi udara lokal.
Pada tahap awal perangkat navigasi pesawat yang bernama Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) itu akan dipasang di sejumlah bandara di Papua. Bandara-bandara itu kini berada dalam wilayah pengelolaan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia alias AirNav Indonesia.
Direktur Utama PT INTI Darman Mapanggara mengungkapkan hingga saat ini, produsen perangkat navigasi udara masih terbilang minim di dunia. Karena itu, capaian INTI yang membesut perangkat navigasi udara merupakan langkah strategis.
Sebagaimana diungkapkannya, produksi perangkat navigasi udara khususnya ADS-B masih membutuhkan banyak permodalan dan infrastruktur teknologi yang canggih. “Jadi jika saat ini INTI mampu memproduksi ADS-B, maka itu suatu prestasi yang amat positif buat bangsa ini,” jelas Darman, Jumat (12/1/2017).
Hingga saat ini terdapat 295 bandara yang tersebar di seluruh Indonesia. Status bandara beragam, meliputi 13 bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura I, 14 bandara di bawah PT Angkasa Pura II, dua bandara di bawah pengelolaan TNI, 239 bandara di bawah Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan 27 bandara di bawah Unit Pelayanan Teknis (UPT) Daerah.
Darman mengungkapkan dari total tersebut, sebanyak 255 bandara masih belum dilengkapi radar ataupun perangkat navigasi udara. Dia menilai bandara-bandara itu berpotensi membutuhkan perangkat ADS-B untuk Mini ATC dan Surface Movement Monitoring, serta penambahan Ground Station di lokasi lain.
Sayangnya, tegas Darman, saat ini keseluruhan peralatan ADS-B yang sudah terpasang masih merupakan produk negara lain. “Keterlibatan industri lokal dalam sistem navigasi ruang udara masih sangat minim, dengan komposisi penyedia teknologi ADS-B untuk wilayah ruang udara di Indonesia saat ini dipegang oleh produk asing,” simpulnya.
Sejalan dengan itu, periode saat ini merupakan momentum mengambil peluang dari dunia industri penerbangan nasional. Sepanjang sedekade terakhir, menurut The International Air Transport Association (IATA), tren positif industri penerbangan diproyeksikan tumbuh rata-rata 5,5%.
Alhasil, kata Darman, prospek bisnis yang akan didapat dari produksi masal ADS-B ini sangat besar, terutama dalam menggarap agenda National Aviation Security System Integration (NASSI) 2014-2024. “Jadi peluang bisnis untuk ADS-B sangat menjanjikan,” ujarnya.