Bisnis.com, BANDUNG - Sinergi antar-elemen bisa memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, keterlibatan antarpihak di bidang masing-masing akan turut serta dalam memperkuat bahkan mempertahankan ketahanan pangan di Indonesia.
"Semua bisa kerja sama di bidang masing-masing dengan keterlibatan semua pihak seperti LSM, TNI, Polisi, atau siapa saja anak bangsa," kata Mentan Amran usai menjadi pembicara dengan tema "Efektivitas Kerja Sama Kementan dan TNI dalam Program Ketahanan Pangan" di Bandung, Selasa (28/11).
Amran mencontohkan keterlibatan TNI dalam program cetak sawah baru, misalnya, bisa membantu Kementerian Pertanian dalam memperkuat ketahanan pangan. Keberadaan Bintara Pembinasa Desa (Babinsa) guna mendampingi para petani di pedesaan dalam menggarap lahan pertaniannya terbukti ampuh dalam mempertahankan ketahanan pangan.
"Bahkan sinergi Kementan dan TNI ini hasilnya luar biasa. Buktinya juga kita bisa swasembada beras, jagung, bawang dan cabai. Itu hanya dalam waktu yang singkat. Jadi sinergi ini sangat luar biasa," katanya.
Amran mengatakan, ketahanan suatu negara juga ditentukan oleh ketahanan pangannya. Apabila ketahanan pangan suatu negara rapuh, maka ketahanan suatu negara pun bisa runtuh. "Karena ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara. Maka dai itu semua pihak harus terlibat," ujarnya.
Amran juga menceritakan ketika awal-awal menjadi menteri pertanian yang dihadapkan dengan bencana El Nino dan La Nina yang mengganggu ketahanan pangan di Indonesia. Bahkan, negara-negara pengekspor beras juga saat itu terkena dampak buruk fenomena tersebut. Namun, adanya sinergi dengan banyak pihak membuat ketahanan pangan bisa terjaga.
"Kalau tidak ada sinergi saat itu, kita diharuskan impor beras 16 juta ton. Dan pada saat yang bersamaan, 16 juta ton di seluruh dunia sedang tidak ada. Vietnam hanya ada 500 ribu ton, Thailand hanya 500 ribu ton, Myanmar sudah habis, India sedang posisi siaga, begitu juga Pakistan. Sementara kita butuh 16 juta ton. Kira-kira apa yang terjadi? Ini bisa kita kelaparan," ucapnya.
Di sisi lain, Amran juga berterima kasih atas kerja keras banyak pihak yang membantu pemerintah untuk bisa menghentikan mesin impor. "Kita tahun kedua dan tahun ketiga tidak impor beras. Itu hasil kerja keras kita semua, bukan Kementan sendiri," ujarnya.
Amran mengatakan, apabila mesin impor terus dilakukan pemerintah, maka akan terjadi kerugian yang sangat besar terhadap sisi pengeluaran dana. Amrab menyebut dampak dari penghentian impor tersebut bisa menyelamatkan uang hingga Rp12 triliun.
"Kita saat ini malah membuat pusing negara lain seperti Thailand, Vietnam, Myanmar, Pakistan dan India yang menjadi langganan impor beras. Dan sebaliknya, hari ini kita yang ekspor. Begitu juga bawang tahun 2014 kita impor 72.000 ton dari Thailand, tapi kini kita sudah ekspor ke enam negara di dunia. Kita lakukan satu tahun, bukan tiga tahun karena tahun pertama el nino dan tahun kedua la nina," katanya.