Bisnis.com, BANDUNG - Makan terburu-buru ternyata dapat meningkatkan risiko obesitas. Bahkan, risiko diabetes dan penyakit jantung juga bisa menyerang, menurut sebuah penelitian.
Hal ini terkait dengan orang yang makan sangat cepat tidak memberi waktu kepada tubuh mereka untuk mencerna seutuhnya, artinya mereka cenderung makan lebih banyak.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 1.000 orang setengah baya menemukan bahwa mereka yang makan dengan terburu-buru atau cepat lima setengah kali lebih banyak daripada pemakan lambat untuk terus mengembangkan sindrom metabolik, sekelompok kondisi termasuk obesitas dan tekanan darah tinggi, gula darah dan kolesterol.
"Makan lebih lambat mungkin merupakan perubahan gaya hidup yang penting untuk membantu mencegah sindrom metabolik,” kata Dr Takayuki Yamaji, seorang ahli jantung di Universitas Hiroshima di Jepang, seperti dilansir Daily Mail.
Selama lima tahun masa studi, peneliti menemukan 11,6 persen pemakan cepat mengembangkan sindrom ini. Ini dibandingkan dengan 6,5 persen dari mereka yang makan dengan kecepatan normal dan hanya 2,3 persen dari mereka yang makan perlahan.
Kecepatan makan lebih cepat dikaitkan dengan kenaikan berat badan, glukosa darah tinggi dan lingkar pinggang yang meluas. Dr Yamaji mengatakan pada pertemuan American Heart Association di California, makanan cepat saji bisa memicu konsumsi berlebihan.
Sindrom metabolik terjadi ketika seseorang memiliki tiga faktor risiko yang terkait dengan diabetes dan penyakit jantung. "Ini termasuk obesitas, gula darah, tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi dan kolesterol HDL," katanya.
Pada penelitiannya, Dr Yamaji dan rekannya mengevaluasi 642 pria dan 441 wanita yang rata-rata berusia 51 tahun pada awal penelitian di tahun 2008.
Para partisipan, yang semuanya sehat pada awal penelitian, masing-masing diminta untuk menggambarkan kecepatan makan mereka yang biasa seperti lamban, normal atau cepat dan terbagi dalam tiga kelompok. Mereka kemudian diperiksa ulang pada tahun 2013.
"Ketika orang makan dengan cepat mereka cenderung tidak merasa kenyang dan lebih cenderung makan berlebihan. Makan cepat menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar yang dapat menyebabkan resistensi insulin," kata Dr Yamaji.
Dia mengatakan bahwa sindrom metabolik atau 'mets' adalah salah satu penyebab penyakit kardiovaskular dan beberapa penelitian telah menghubungkan kecepatan makan dengan penambahan berat badan.