Bisnis.com, BANDUNG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) menyebutkan ekspor Jabar pada bulan September 2017 mengalami penurunan sebesar 9,77% namun masih surplus dari sisi neraca perdagangan luar negeri.
Kepala BPS Jabar Dody Herlando mengatakan ekspor Jabar selama September 2017 tercatat sebesar US$2,51 miliar, turun dari bulan sebelumnya, dimana Agustus ekspor mencapai US$2,78 miliar.
“Ekspor Jabar masih didominasi non migas, di mana total ekspor non migas mencapai US$2,49 miliar, sementara ekspor migas tercatat sebesar US$21,65 juta,” kata Dody di Kantor BPS Jabar, Rabu (1/11) kemarin.
Dody menambahkan, nilai ekspor 10 golongan barang utama September 2017 tercatat senilai US$1,79 miliar atau menurun 11,20% dibanding Agustus 2017. Namun, jika dibanding September tahun sebelumnya (y-o-y) yang sebesar US$1,56 miliar, ekspor bulan ini meningkat hingga 14,89%.
Menurut catatan BPS, dalam kurun waktu 13 bulan terakhir, nilai ekspor non migas mencapai titik terendah pada Juni 2017 senilai US$1,94 miliar. "Sedangkan ekspor tertinggi tercatat pada Agustus 2017 dengan
nilai US$2,77miliar," ucapnya
Pangsa pasar ekspor non migas Jabar tetap ke negara Amerika Serikat, Jepang dan Thailand, masing-masing senilai US$ 440,15 juta, US$ 255,10 juta dan US$ 180,62 juta, dimana ketiganya mengambil porsi ekspor Jabar sebanyak 35,24%.
Sementara itu dari sisi impor, pada Bulan September tercatat sebanyak US$9,2 miliar, di mana impor terbesar Jabar datang dari Tiongkok yakni sebesar US$ 244,50 juta.
Jika membandingkan ekspor terhadap impor, perdagangan luar negeri Jabar masih mengalami surplus. Dari sisi non migas mengalami surplus sebesar US$ 1,68 miliar dan dari sisi migas surplus sebesar US$ 88,7 juta.