Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unik dan Sedikit Seram, Desa di Jepang ini Dihuni 350 Boneka

Desa Nagoro, Jepang, bisa menjadi tujuan wisata unik dan sedikit seram karena desa tersebut sepuluh kali lipat lebih banyak dihuni oleh boneka dari pada penduduk aslinya. Seniman Tsukimi Ayano (67) yang berjasa membuat desa ini ramai oleh boneka.
Boneka-boneka di desa Nagoro yang diposekan seperti sedang duduk santai. / Getty Images via Dailymail
Boneka-boneka di desa Nagoro yang diposekan seperti sedang duduk santai. / Getty Images via Dailymail

Bisnis.com, JEPANG - Desa Nagoro, Jepang, bisa menjadi tujuan wisata unik dan sedikit seram karena desa tersebut sepuluh kali lipat lebih banyak dihuni oleh boneka dari pada penduduk aslinya. Seniman Tsukimi Ayano (67) yang berjasa membuat desa ini ramai oleh boneka.

Populasi desa yang menurun dan usia tua merupakan indikasi adanya isu nasional di Jepang. Menurut Business Insider, jumlah kelahiran di sana turun 2,9% dari tahun sebelumnya, menjadi kurang dari satu juta. Ini adalah jumlah kelahiran terendah yang pernah Jepang alami sejak tahun 1974.

Anak muda banyak yang pindah ke kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka, di mana sebagian besar pasar kerja dan universitas di Jepang berada di sana.

Desa Nagoro salah satunya. Saat ini desa tersebut hampir tidak punya anak remaja dan dianggap sebagai desa yang berada di ujung kepunahan menurut NPR.

Sebelumnya, Tsukimi Ayano tinggal di Osaka, kota terbesar ketiga di Jepang, untuk menghabiskan masa dewasanya. Namun, memasuki masa tuanya, Ayano kembali ke desa yang berada di pulau Shikoku ini, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. 

Sejak Ayano kembali ke Nagoro, dia memberikan kontribusi unik bagi populasi yang menurun dengan cepat di sana.

Dia melihat bahwa desa, yang dulunya adalah rumah bagi lebih dari 300 orang, telah menyusut menjadi hanya 35 orang. Setelah kepergian ayahnya, Ayano memutuskan untuk menciptakan orang-orangan sawah seperti visinya.

Hampir lima belas tahun kemudian, Nagoro dihuni oleh sepuluh kali lebih banyak boneka daripada orang yang sebenarnya. Banyak di antaranya mewakili orang yang baru saja meninggal atau pindah dari desa.

"Ketika saya membuat boneka orang mati, saya memikirkannya saat mereka masih hidup dan sehat. Boneka itu seperti anak-anakku," ujar Ayano dalam sebuah film dokumenter pendek berjudul The Valley of Dolls, seperti dilansir oleh National Geographic.

Seluruh sudut desa, termasuk ruang kelas yang terbengkalai telah menjadi galeri boneka Ayano yang dibuat seolah-olah jelmaan siswa, guru, dan kepala sekolah.

Ayano merenungkan jika suatu saat, akan tiba ketika dia hidup lebih lama dari semua orang di desanya. Pada saat itu hanya akan menjadi dia, boneka, dan wisatawan saja yang akan menghuni Nagoro.

Ayano merawat "anak-anaknya" tanpa lelah, memperbaiki robekan pada boneka-bonekanya yang saat berjumlah mencapai 350. Boneka-boneka tersebut ditempatkan Ayano di berbagai tempat dan berpose seperti sedang menunggu bus atau bekerja di ladang.

Ayano bahkan telah menciptakan versi boneka dirinya yang dipose melihat pot dan api. Ayano mengatakan bahwa boneka itu sedang tidur siang sekarang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ihya Ulum Aldin
Editor : Ajijah
Sumber : National Geographic
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper