Bisnis.com, CIREBON - Aktivitas bongkar muat di pelabuhan utama wilayah utara Jawa Barat, yakni Cirebon, Indramayu, dan Patimban, mengalami penurunan signifikan sepanjang semester I 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat volume muat barang dari pelabuhan-pelabuhan tersebut turun serempak, baik untuk lalu lintas domestik maupun internasional.
Kepala BPS Jawa Barat Darwis Sitorus menyebut penurunan volume barang yang dimuat dari tiga pelabuhan utama ini menjadi indikator perlambatan aktivitas logistik dan perdagangan, terutama di sektor ekspor dan distribusi antarpulau.
“Jika dilihat secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025, total volume muat barang di pelabuhan domestik dan internasional di wilayah ini turun masing-masing sebesar 16,84 persen dan 13,81 persen dibanding periode yang sama tahun lalu,” ujar Darwis, Senin (4/8/2025).
Secara volume, pelabuhan Indramayu masih mendominasi pengiriman barang domestik, namun tidak lepas dari tren penurunan. Selama semester I 2025, volume muat domestik dari pelabuhan ini mencapai 462,41 ribu ton, turun 11,77% dibanding semester I 2024 yang mencapai 524,09 ribu ton.
Untuk lalu lintas internasional, pelabuhan Indramayu bahkan mengalami penurunan yang lebih tajam. Volume muat barang ekspor dari pelabuhan ini hanya mencapai 257,88 ribu ton selama Januari hingga Juni 2025. Angka tersebut turun 18,86% dari tahun sebelumnya yang mencatat 317,81 ribu ton.
Baca Juga
Darwis menambahkan, penurunan ekspor dari Indramayu bisa berdampak langsung pada neraca perdagangan regional Jawa Barat, terutama jika tidak diimbangi oleh peningkatan dari pelabuhan lain.
Kondisi lebih memprihatinkan terjadi di Pelabuhan Cirebon. Dalam kategori domestik, volume muat barang selama semester I 2025 hanya mencapai 47,40 ribu ton, anjlok 56,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 108.680 ton.
“Kami melihat ada penurunan drastis pada sektor logistik dan pengangkutan bahan bangunan serta produk pertanian yang biasa dikirim dari Cirebon,” terang Darwis.
Pada bulan Juni 2025 saja, volume muat barang dari pelabuhan Cirebon hanya tercatat 11,14 ribu ton, meskipun naik 24,49% dibanding Mei 2025, namun secara tahunan tetap anjlok 56,53% dibanding Juni 2024.
Kondisi ini menurut Darwis bisa berdampak ke sektor lain. “Ketika pelabuhan Cirebon lesu, distribusi ke wilayah Ciayumajakuning terganggu, biaya logistik naik, dan ini ujungnya bisa menyentuh inflasi lokal,” jelasnya.
Berbeda dengan dua pelabuhan lainnya, Patimban masih mencatat pertumbuhan positif secara kumulatif untuk semester I 2025. Volume muat barang domestik dari pelabuhan ini mencapai 63,38 ribu ton, naik 12,24% dibanding 56,47 ribu ton pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, pertumbuhan ini tidak berlaku pada data bulan Juni 2025. Volume muat domestik di Patimban tercatat 11,07 ribu ton, turun 1,29% dari Mei 2025, dan turun 5,57% dibandingkan Juni 2024.
Untuk aktivitas internasional, Patimban justru menunjukkan tren positif. Selama semester I 2025, pelabuhan ini mencatat volume muat 67,71 ribu ton, tumbuh 12,92% dari semester I 2024 sebesar 59,96 ribu ton.
“Patimban masih menjadi harapan karena fungsinya sebagai pelabuhan ekspor otomotif mulai stabil. Ini menunjukkan adanya pergeseran jalur ekspor dari pelabuhan lain ke Patimban,” jelas Darwis.
Namun demikian, di bulan Juni 2025, volume ekspor dari Patimban hanya 10,42 ribu ton, turun 33,55% dibanding bulan sebelumnya. Hal ini menurut Darwis bisa bersifat musiman dan perlu dievaluasi lebih lanjut.
Secara keseluruhan, total volume muat barang domestik di ketiga pelabuhan utama pada Juni 2025 tercatat 139,96 ribu ton, turun 3,81% secara tahunan. Sedangkan volume muat internasional hanya mencapai 43,23 ribu ton, turun 42,05% dibanding Juni 2024.
Penurunan paling tajam tercatat pada ekspor dari pelabuhan Indramayu, baik secara bulanan (-49,19%) maupun tahunan (-49,76%).
Darwis Sitorus menilai tren penurunan ini harus menjadi perhatian serius, terutama dalam konteks pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang sangat tergantung pada aktivitas perdagangan dan logistik.
“Kami berharap pemangku kebijakan segera merespons situasi ini dengan langkah nyata, mulai dari perbaikan infrastruktur pelabuhan, insentif ekspor, hingga penguatan sistem distribusi domestik,” pungkas Darwis.