Bisnis.com, AUSTRALIA - Batu yang memiliki harga US$ 100 ribu atau setara dengan Rp1,3 miliar? Pasti bukan batu biasa. Ya, batu ini adalah meteorit seberat 15 kg yang dibeli oleh Museum Queensland, Australia.
Meteorit ini pertama kali ditemukan oleh sepasang orang yang sedang menggali tanah sedalam satu meter untuk mencari emas di Queensland Utara, kata pakar mineralogi Museum Queensland, Andrew Christy.
Awalnya mereka mengira ini hanya batu biasa. Namun, mereka merasa aneh karena bau yang dikeluarkan tidak seperti bau batu pada umumnya. Karenanya, mereka membawanya ke museum.
"Ternyata batu ini berkarat dan mengandung besi, bukan emas seperti yang mereka harapkan. Tapi, bisa jadi batu ini adalah meteorit dan mereka membawanya ke museum agar kita bisa menguji kebenarannya," ujar Andrew menambahkan seperti dilansir oleh ABC.net.au.
Setelah meteorit ini digergaji, mereka baru menyadari betapa istimewanya meteorit ini karena di dalamnya terdapat penampang logam dengan bentuk yang menakjubkan.
Tidak seperti meteorit yang biasa dilihat oleh Andrew, di mana biasanya berbentuk logam padat, meteorit ini memiliki pola indah yang bercabang seperti karang staghorn.
"Semuanya sangat keperakan, terbuat dari paduan besi nikel yang tertanam dalam matriks rapuh berwarna perunggu dari mineral sulfida besi yang disebut troilite," tambahnya.
Pihak museum akhirnya membeli meteorit ini dengan total harga US$ 100 ribu atau sekitar Rp 1,3 miliar dari penemunya, dengan bantuan dana sebesar US$ 50 ribu dari Warisan Budaya Nasional Pemerintah Federal Australia.
Andrew mengatakan bahwa meteorit ini kemungkinan berasal dari sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Ada banyak benda yang jauh lebih kecil dan tidak berkumpul untuk membentuk sebuah planet yang besar.
"Beberapa di antaranya memiliki inti logam, seperti Bumi versi mini. Jika Anda secara bertahap memembersihkan permukaan yang menutupi meteorit, akhirnya Anda bisa mendapatkan potongan inti," ujarnya menambahkan.
Penemuan ini adalah yang pertama kalinya di Australia dari jenis meteoritnya. Diyakini pula meteorit ini merupakan yang terbesar dari lima spesimen yang terdapat di bumi.
Andrew Christy menganalisis meteorit ini menggunakan mikroskop elektron untuk mengambil gambar lebih detil. Dari proses ini, terlihat lah tekstur kompleks dan paduan logam yang kompleks dan indah.
Andrew juga mengatakan bahwa pekerjaan seperti ini pada akhirnya dapat memperbaiki pemahaman kita tentang bagaimana planet seperti Bumi terbentuk.